KAMPUNG MASJID. Samarinda merupakan kota yang menjadi salah satu saksi sejarah penyebaran Islam di Kaltim. Satu diantara buktinya ialah berdirinya Masjid Shirathal Mustaqiem yang terletak di Jalan Pangeran Bendahara, Kelurahan Masjid, Samarinda Seberang. Masjid ini dibangun sejak 1881 silam oleh bangsawan Arab dari Kesultanan Pontianak bernama Sayid Abdurrahman Assegaf. Oleh Kesultanan Kutai, Sayid Abdurrahman Assegaf kemudian diberi gelar Pangeran Bendahara. Karena kedermawanannya membangun masjid yang terbuat dari kayu ulin tersebut. Setelah rampung berdiri, Sultan AM Sulaiman didaulat sebagai imam pertama yang memimpin salat rawatib di masjid ini.
Selain usianya yang sudah tua, masjid ini juga menjadi unik. Karena dibangun dengan konstruksi bangunan yang keseluruhan menggunakan kayu. Bahkan banyak jenis kayu ulin atau kayu besi yang digunakan. Bahkan ada 4 pilar kayu besar di masjid yang ke semuanya menggunakan kayu ukuran asli tanpa ditambah sedikitpun .
Tiang utama atau soko guru begitu sebutan warga sekitar. Tiang pertama disumbangkan sendiri oleh Pangeran Bendahara yang diambil dari Gunung Dondang, Kukar. Tiang kedua, disumbangkan Kapitan Jaya berjenis pohon ulin dari Loa Haur atau Gunung Lipan. Tiang ketiga diambil dari Gunung Salo Tireng atau Sungai Tiram yang disumbangkan Petta Laloncong. Satu tiang lainnya berdiri secara misterius.
Masjid ini tidak mengalami perubahan sejak pertama berdiri. Karena itu, keunikan masjid ini menjadikannya salah satu cagar budaya dilestarikan .
“Banyak keunikan dari masjid ini yang terus kami gali. Potensial sekali untuk menjadi objek wisata. Apalagi di sekitar sini ada Kampung Tenun dan Kampung Ketupat,” ujar Ketua Pokok Sadar Wisata (Pokdarwis) Masjid Shirathal Mustaqiem, Khairuddin kepada media ini, Senin (16/9) kemarin.
Di masjid ini juga terdapat Alquran yang ditulis tangan. Usianya, menurut Khairuddin sudah mencapai 400 tahun. Hal inilah yang membuat masjid tersebut begitu unik. Selain itu juga terdapat sebuah bedug berukuran sedang yang cukup tua. Bedug tersebut dibuat pada tahun 1960 oleh penduduk setempat. Dan masih bisa digunakan hingga saat ini.
Untuk meningkatkan pariwisata dan kunjungan ke masjid ini, Khairuddin dan jajarannya akan terus berupaya untuk membuat promosi serta membuat daya tarik terhadap masjid ini. Sehingga , objek wisata ini tetap lestari dan bisa diketahui oleh banyak wisatawan.
“Kalau kunjungan sudah cukup banyak di sini. Mulai dari pejabat sampai turis asing pernah ada di sini. Kami rasa hanya tinggal kepedulian dari pemerintah yang bisa dimaksimalkan serta kesadaran masyarakat sekitar, agar masjid yang kita cintai ini tetap bisa eksis dan dikagumi,” jelasnya.
Untuk menunjang hal tersebut, Dinas Pariwisata Samarinda, kemarin melantik Pokdarwis Masjid Shirathal Mustaqiem. (rm-1/nha)