KAMPUNG JAWA. Ratusan jamaat Gereja Kapel Santo Yosep yang berada di lingkungan Rumah Sakit Dirgahayu, Jalan Gunung Merbabu, Kelurahan Jawa, Kecamatan Samarinda Ulu, gagal melaksanakan ibadah, kemarin (21/12).
Banjir setinggi 40 cm menggenangi bagian dalam rumah ibadah tersebut. Bagian halaman gereja juga dipenuhi endapan lumpur yang membahayakan saat dilintasi lantaran licin.
Banjir yang menggenangi gereja tersebut di awali hujan deras yang mengguyur Kota Samarinda sehari sebelumnya, Jumat (20/12) lalu. Maklum, hujan yang turun di sore itu terjadi sejak pukul 16.00 Wita hingga pukul 18.30 Wita. Belum lagi air kiriman membuat hampir seluruh area rumah sakit swasta ini terendam banjir. Perlahan namun pasti, air kemudian masuk ke dalam gereja berkapasitas 600 jemaat. Air memenuhi setiap sudut ruangan.
Agar kegiatan peribadatan umat Kristiani tidak terganggu terlalu lama, puluhan relawan secara sukarela melakukan pembersihan. Dimulai sejak pukul 10.00 Wita, setidaknya 50 orang relawan dari lima satuan: Balakarcana Kampung Jawa, Cendana, Kakak Tua Mandiri, RPK Jelawat, Mugirejo terlibat dalam aksi bersih-bersih tersebut.
“Pembersihan Gereja di RS Dirgahayu ini akibat hujan deras kemarin sore. Hari ini kami menurunkan sebanyak 4 mesin portable dan selang guna melakukan penyedotan dan penyemprotan,” kata Akmaluddin, salah satu relawan.
Dalam kegiatan sosial ini, tampak sejumlah relawan membersihkan lumpur yang ada di dalam gereja dan membersihkan bangku tempat duduk jemaat. Tidak ketinggalan para pengurus gereja juga ikut membantu. Ada yang menyiapkan makanan dan minuman untuk para relawan di salah satu ruangan terpisah.
Suster Petronela MASF selaku pengurus gereja mengatakan, dirinya sangat terbantu dengan aksi relawan yang mau ikut membersihkan gereja. “Tadi pagi kami sudah bersih-bersih gereja, tapi banyak sekali lumpur yang tebal dan air sudah dikeluarkan, makanya kami meminta bantuan relawan. Dan mereka menerima dengan dengan baik untuk membantu kami,” ujarnya.
Kejadian ini bukan pertama kalinya dialami di gereja tersebut. Namun kali ini merupakan banjir terparah yang mengakibatkan air masuk hingga ke dalam gereja. Bahkan, banjir juga sempat merendam seluruh ruangan perawatan. Padahal sebelumnya tidak pernah terjadi.
“Karena ini sering sekali terjadi banjir yang disebabkan oleh aliran parit yang tidak lancar. Namun sore kemarin merupakan banjir yang paling parah. Saya berharap semoga pemerintah dapat memberikan solusi yang tepat dalam penanganan banjir ini. Dan masyarakat juga harus mulai sadar akan pentingnya lingkungan mereka,” harapnya.
Kepala Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) RS Dirgahayu, Andika mengatakan, meski terendam banjir pelayanan di rumah sakit tetap berjalan meski dalam kondisi tergenang. “Memang banjirnya tidak biasa karena sebelumnya jika hujan deras air menggenang hanya di pelataran saja. Ini sampai masuk ruang keperawatan hingga gereja,” imbuh Andika.
BUAYA DI GENANGAN
Selain ular, ancaman buaya kini pun menghantui masyarakat di permukiman. Terbaru seekor buaya muara menampakkan diri di perempatan Jalan Lambung Mangkurat, Kelurahan Sungai Pinang Dalam, Kecamatan Sungai Pinang tepatnya di depan RM Ayam Thor, Jumat (20/12) lalu. Akibatnya, sejumlah warga sekitar dan pengendara yang melintas dibuat heboh.
Kemunculan buaya muara dengan panjang diperkirakan 1,5 meter tepat di saat hujan lebat mengguyur kawasan tersebut sekitar pukul 17.30 Wita. Tidak ada yang mengetahui dari mana asal buaya yang tiba-tiba naik ke darat tepat di pinggir drinase. Buaya muncul di tengah-tengah genangan.
Salah seorang pekerja RM Ayam Thor, Arie (20) saat ditemui di lokasi kerjanya kemarin (21/12) mengatakan, di saat hujan mengguyur dan penggunjung warung makan tengah ramai, tanpa sengaja salah satu pengunjung menunjuk ke arah parit. Tanpa disangka yang ditunjuk adalah seekor buaya.
“Baik pengunjung maupun warga yang sedang berteduh jadi gempar. Sekitar 5 menit buaya itu terlihat di darat kemudian masuk ke dalam drainase,” kata Arie. Setelah masuk ke aliran air yang mengarah ke Sungai Karang Mumus (SKM) beberapa saat kemudian buaya muncul kembali. Dikemunculan kedua itulah, pengunjung rumah makan khususnya kaum pria memberanikan diri untuk menangkap buaya tersebut.
Sayang belum sempat upaya penangkapan dilakukan, buaya keburu masuk kembali ke drainase dan tidak muncul lagi. “Tidak tahu arahnya kemana, tapi prediksi saya mengikuti aliran air ke arah SKM, sebab arusnya cukup deras,” ungkap Arie. Kemunculan buaya di tengah permukiman sudah barang tentu mengejutkan banyak pihak. Sebab dipastikan jika drainase bukanlah habitat hewan reptile tersebut.
Kasi Evakuasi Penyelamatan dan Perlindungan Hak Sipil, Dinas Pemadam Kebakaran (Disdamkar) Kota Samarinda, Abd Rahman mengatakan, buaya tersebut mengalami dislokasi atau tersesat sehingga naik ke daratan.
“Habitat umumnya berada di dekat muara sungai. Kalau buaya terus berenang ke hulu, biasanya mengalami dislokasi,” kata Rahman. Alasan lain buaya masuk kepermukiman dan terlihat warga di sekitar Jalan Lambung Mangkurat lantaran terbawa arus air di saat hujan deras mengguyur. Namun dilihat dari lokasi kemunculan buaya tersebut tersesat cukup jauh.
“Sungai terdekat adanya di bawah jembatan Jalan Gelatik dan di Jalan Kesehatan Dalam. Kalaupun buaya itu dari kedua aliran sungai tersebut maka cukup jauh perjalanannya. Prediksi kedua buaya ini lepas dari kandang peliharaan warga. Namun siapa pemiliknya ini yang belum diketahui. Dan semua kemjngkinan ini bisa saja terjadi,” ucap Rahman.
Ditambahkannya, terlepas dari beberapa prediksi itu, kemunculan buaya di permukiman menunjukkan indikasi habitatnya habitatnya terusik atau makanan alaminya punah sehingga mencari makan hingga kepermukiman. Untuk selanjutnya, pihak Disdamkar akan melakukan pemantaun di sekitar lokasi kemunculan dan aliran air sepanjang drainase. Di samping itu, pihaknya meminta kepada para orang tua agar mengawasi anaknya untuk tidak bermain di sekitar drinase terbuka hingga situasi benar-benar aman.
“Dilihat dari ukuran, buaya yang nampak di perempatan tersebut masih kecil. Namun tetap saja membahayakan. Tidak perlu ditangkap jika memang tidak ada keahlian. Silahkan hubungi kami jika melihatnya lagi dikemudian hari,” pungkas Rahman. Dari data Disdamkar bulan Januari hingga kemarin setidaknya tiga ekor buaya muara di evakuasi dan telah dikembalikan ke habitatnya semula. (kis/nha)