BENGKURING. Tinggi Air Muka (TAM) Bendungan Benanga mulai menurun di kisaran 60 cm pada pukul 17.30 Wita kemarin (25/12). Meski begitu, turunnya TMA bukan berarti kawasan terendam banjir dalam tiga hari ini surut.
Banjir justru kian meluas dan semakin tinggi. Dari data Kelurahan Sempaja Timur dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda, tercatat 625 rumah dari 12 RT terendam banjir. Hal ini membuat 2.292 jiwa merasakan dampak banjir tersebut. Padahal, sehari sebelumnya sebanyak 217 rumah terdampak banjir.
“Kalau dilihat dari hari pertama banjir, saat ini memang meluas. Dan saat ini dari data kami sudah 12 RT yang terdampak banjir,” kata Lurah Sempaja Timur, Agus Sukmana.
Dari pantauan di lapangan, air mulai kekuningan. Kondisi terparah dengan ketinggian 70 cm masih terjadi di Jalan Terong, Jalan Terong Pipit dan sebagian Jalan Asparagus dan Jalan Kesetela. Beberapa rumah juga tidak berpenghuni.
Di beberapa titik banjir bahkan setinggi pinggang orang dewasa. Belasan warga terpaksa meninggalkan rumah mengungsi ke tempat yang lebih aman. Sebagian besar lagi terpaksa bertahan sembari menunggu harta benda mereka.
Hal ini dialami Hendra, warga Jalan Terong IV. Bersama istrinya, Hendra terpaksa mengungsi. Dia hanya membawa barang berharga yang bisa dibawa.
“Di dalam rumah sepinggang, takut kalau ada apa-apa. Belum tahu kapan akan surut. Saya dan istri sementara waktu mengungsi ke rumah orangtua di Samarinda Seberang,” kata Hendra (39) warga Jalan Terong IV.
Selain mengungsi, sebagian warga yang masih bertahan mulai terserang berbagai penyakit. Diantaranya: gatal-gatal, tensi tinggi hingga kutu air. Hal ini dikatehui setelah beberapa warga melakukan cek kesehatan di posko kesehatan yang didirikan di Jalan Terong I.
“Saya gatal-gatal dan tensi naik. Juga susah tidur karena menjaga barang selama banjir. Tadi periksa dikasih obat oleh dokter,” kata Nurhairani (40) warga sekitar.
Ketua RT 37, Ahmad Yani menjelaskan banjir di hari ketiga membuat 16 warganya meninggalkan rumah lantaran kediamannya yang terendam. Selain itu warga juga takut adanya hewan seperti ular yang sewaktu-waktu bisa masuk ke rumah.
“Kegelisahannya sangat kompleks. Dari penyakit hingga hewan liar. Ini juga harus bersama dipikirkan, bagaimana penanganannya,” kata Ahmad.
Ahmad meminta Pemkot Samarinda untuk segera mengambil tindakan nyata dan konkret agar warganya tetap merasa aman meskipun dalam kondisi banjir.
“Warga sekarang sangat memerlukan bantuan, baik itu makanan dan obat-obatan. Serta untuk balita diperlukan juga kebutuhan khsusunya,” ungkap Ahmad.
Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda, Hendra AH juga memantau kondisi banjir di Bengkuring. Pihaknya terus berkoordinasi dengan kelurahan berkaitan keluhan warga saat ini.
“Kami sudah menurunkan 3 perahu dan mendirikan tenda posko di Bengkuring untuk membantu warga yang memang perlu evakuasi,” kata Hendra.
Disinggung apakah kondisi saat ini bisa dikeluarkan status bencana tanggap darurat mengingat banyaknya rumah warga yang terendam banjir, Hendra mengatakan status tersebut menunggu aktivitas warga sudah lumpuh. Ini seperti tanggap darurat yang pernah dikeluarkan pada Juni lalu.
“Kami tetap memantau kondisi warga. Jika kondisi warga sangat terganggu kemudian aktivitas tidak berjalan sebagaimana mestinya, barulah kami berkoordinasi untuk mengambil langkah selanjutnya,” pungkas Hendra. (kis/nha)