SAMARINDA KOTA. Jejak digital memang kejam. Meski kejadiannya tidak baru lagi, namun tetap saja apa yang terekam dalam video atau gambar tetap menarik untuk dikulik. Termasuk beredarnya video bersitegang antara pejabat Pemkot Samarinda dengan sejumlah anggota DPRD Kota Samarinda.
Dalam video berdurasi kurang 60 detik tersebut, pejabat esekutif dan legislatif di kota ini mempertontonkan aksi yang tidak etis. Video tersebut beredar dari pesan berantai dan diunggah di beberapa media sosial, Minggu (5/1) kemarin.
Dalam video itu terjadi selisih paham berujung pada saling tegang antara Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) dengan salah satu Badan Anggaran (Banggar) DPRD Kota Samarinda, Datuk Hairil Usman. Dalam video itu turut hadir pula Sekretaris Dewan (Sekwan) Samarinda Agus Tri Sutanto. Kerasnya perdebatan bahkan membuat gelas kaca pecah. Namun sejumah sumber menampik jika ada gelas yang pecah.
Agus yang dikonfirmasi kemarin mengakui kebenaran kejadian dalam video tersebut. Namun video itu sudah lama terjadi, saat pembahasan APBD Perubahan 2019. Hairil Usman sendiri saat ini sudah tidak lagi menjabat sebagai anggota DPRD Samarinda. Artinya, pembahasan anggaran ini masih melibatkan anggota DPRD periode sebelumnya (2014-2019). “Lama sekali video itu. Ada tiga bulan yang lalu,” kata Agus.
Meski demikian Agus tak mengetahui secara pasti pokok masalah yang terjadi. Sebab saat terjadi bersitegang, ia duduk berjauhan dengan pihak-pihak yang ada di dalam video tersebut. Namun ia memastikan kejadian tersebut tak berlangsung lama.
“Bukan pertengkaran ya. Saya hanya datangi pak Sekkot (Sugeng Chairuddin) saat ada bersitegang lalu saya minta beliau pulang dulu,” jelasnya.
Untuk diketahui, kejadian ini berlangsung di salah satu cafe di Jalan Juanda. Selain Sugeng, turut hadir juga Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Samarinda Ananta Fathurrozi mewakili pemkot.
Dari pengamatan Agus, memang ada terjadi perdebatan kala membahas APBD perubahan 2019. Namun sudah diselesaikan.
“Sekitar dua menit saja. Tapi saya tidak tahu apa yang mereka bahas. Sebenarnya di sana ada anggota dewan yang lain lagi santai,” jelasnya.
Perdebatan antara TAPD dengan Banggar memang lumrah terjadi. Terutama saat terjadi selisih paham dengan nilai anggaran. Terpisah Sekkot Samarinda Sugeng Chairuddin mengaku tak ingin berkomentar banyak lantaran masih dalam kondisi sakit sejak Kamis (2/1) lalu.
“Lawas (lama) sudah itu. Besok saja ya penjelasannya. Saya masih tidak enak badan,” pungkas Sugeng.
Di luar perdebatan yang berujung saling tegang itu, memang hal yang lumrah dalam membahas anggaran selama masih dalam batas-batas etika. Namun jika melihat pembahasan yang dilakukan di sebuah kafe, jelas sangat tidak etis. Bukankan antara pemkot dan DPRD sama-sama memiliki gedung megah untuk menjalankan tugas-tugas mereka? (mrf/nha)