Menjadi pejabat penyelenggara kontestasi politik memang tak mudah. Untuk menjaga netralitas, mereka yang terpilih pun harus kerja ekstra dan mengurangi rutinitas biasa mereka saat berkumpul. Bahkan mendekati waktu penetapan pasangan calon (Paslon), saat ini penyelenggara tengah disibukkan dengan sejumlah agenda.
Tak ingin menghilangkan perannya sebagai kepala rumah tangga, Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Samarinda, Muhammad Najib mengaku selalu menyempatkan diri bersama keluarga.
“Kalau di luar rutinitas kantor, waktu saya keluarga dan teman. Karena, dengan bekerja sepenuh waktu, tentu menyita waktu, khususnya untuk berkumpul bersama keluarga,” bebernya.
Sehingga ia sering mengajak anak dan istrinya untuk berjalan ke luar rumah untuk sekedar berjalan atau menikmati tayangan bioskop.
Bagi Najib meskipun bekerja sepenuh waktu itu tidak mengenal hari kerja, tidak mengenal jam kerja, dan tidak mengenal libur. Sehingga tergantung dirinya menyiasati waktu senggang bersama keluarga. Termasuk bersama rekan komisioner antar kota kabupaten.
“Yang pasti harua diusahakan teman-teman satu organisasi, yang bebas dari unsur parpol dan timses,” jelasnya.
Seringkali kebiasaannya ini memang tak disenangi beberapa pihak. Namun hal ini masih dianggap lumrah bagi Najib.
“Wajar saja, jika banyak teman teman yang menilai sombong, sibuk, dan berubah. Karena mereka tidak tahu jika menjadi penyelenggara pemilu harus benar benar menjaga prinsip kejujuran, netralitas, profesionalisme dan mandiri dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab seorang komisioner yang diatur dalam tatanan kode etik,” pungkasnya. (hun/beb)