SUNGAI PINANG. Jelang perayaan Imlek pada 25 Januari mendatang, harga cabai di pasar tradisional mulai merangkak. Kenaikan harga cabai ini dikeluhkan pembeli dan juga pedagang cabai. Bila pada awal Januari lalu harga cabai berkisar antara Rp 20 Ribu hingga Rp 25 ribu per kilonya, namun hingga pertengahan bulan ini harganya sudah menembus angka Rp 40 ribu per kilo.
Kini, mendekati perayaan Imlek, harga cabai seperti tidak terbendung. Di pasaran harganya sudah Rp 50 Ribu hingga Rp 55 ribu per kilonya.Kondisi ini terlihat di Pasar Rahmad di Jalan Lambung Mangkurat, Kelurahan Pelita, Kecamatan Samarinda Ilir, kemarin (21/1).
“Harga cabai terus naik. Ambilan kami di tingkat distributor sudah tinggi. Mau tidak mau kami mengikuti, meski untung sedikit tidak masalah,” kata Hj Aida (38), salah satu pedagang.
Menurutnya, kenaikan cabai tersebut disebabkan banyaknya petani gagal panen akibat cuaca buruk. Cabai menjadi langka dan imbasnya harganya naik. Kenaikan ini berimbas pada menurunnya daya beli pembeli.
“Kondisi saat ini kebanyakan pedagang membatasi pengambilan cabai, karena dikhawatirkan akan membusuk jika tidak laku dijual,” ucap Aida.
Hal sama dialami Sumaji (45). Sumaji mengaku penjualannya terus menurun. Kondisi ini disebabkan para pembeli mengurangi jumlah pembelian. “Langganan saya biasa beli 3 kilo, kini hanya 1,5 kilo. Kalau sudah begini, kami pedagang agak waswas, takut stok yang ada tidak habis terjual. Bisa busuk,” ucap Sumaji.
Salah seorang pemilik warung makan di sekitar pasar, Yulianti (37), terpaksa mengurangi jumlah pembelian cabai. Hal ini dilakukan untuk menekan pengeluaran bahan baku di warungnya.
“Cabai ini bumbu dapur utama. Kalau tidak ada cabai makanan jadi kurang pas,” katanya.
Baik para pedagang dan pembeli berharap, agar pemerintah segera turun tangan mengatasi kondisi kenaikan komoditi tersebut. Sebab bila dibiarkan, bukan tidak mungkin pembeli berkurang dan pedagang merugi.
“Harga terus merangkak naik. Harus segera ada solusi,” harap Yulianti. (kis/upi)