SEMPAJA SELATAN. Rumah tahanan negara (Rutan) kelas IIA Sempaja, Samarinda di Jalan Wahid Hasyim, Sempaja Selatan, semakin sesak. Sampai hari ini, terisi ribuan tahanan dan narapidana. Pihak Rutan sampai mengambil kebijakan membatasi masuknya tahanan.
“Kapasitas cuma 442 orang. Dari 1.497 orang yang ada di Rutan sekarang ini, sekitar 40 persennya, terlibat kasus narkoba,” kata Kepala Rutan Kelas IIA Sempaja Samarinda, Taufik Hidayat, Rabu (26/2).
Mengingat jumlah penghuni Rutan terus bertambah, pemberlakukan pembatasan penerimaan tahanan diberlakukan, salah satunya dari tahanan dari kepolisian.
“Kalau kasus sudah P21 dan jadi tahanan kejaksaan, baru kita terima. Kita batasi kalau masih dalam penanganan atau status tahanan kepolisian,” ujar Taufiq.
“Karena yang sudah ada di rutan ini, tidak bisa kita oper atau limpahkan lagi ke Lapas Sudirman atau ke Lapas Narkotika. Kan sama-sama over kapasitas,” tambahnya.
Rutan Sempaja terdiri dari blok A sebanyak 32 kamar, blok B 18 kamar, dan blok C khusus wanita sebanyak 2 kamar. Masing-masing kamar layaknya berisi 25 orang. Jika ada 1-2 orang yang bebas, tidak lama masuk lagi sekian orang. Rata-rata tiap pekan, 10 orang masuk ke rutan.
Terkhusus blok A nomor 25 yang dihuni almarhum Fauzan yang berisi 36 orang narapidana.
Fauzan merupakan napi narkoba yang memutuskan bunuh diri, Selasa (25/2) lalu.
Secara keseluruhan penghuni di dalam rutan selain kasus pidana umum, narkotika, juga ada kasus korupsi.
“Memang soal overkapasitas ini, jadi masalah nasional lapas dan rutan di Indonesia.
Sementara memang kami masih terima, mengutamakan terutama sebagaimana tertera dalam ketentuan PP No 99 Tahun 2012 seperti kasus narkoba, korupsi dan teroris,” jelasnya.
Bicara fasilitas di dalam rutan, air bersih jadi salah satu fokus, agar warga binaan terus terlayani dengan baik. Selain itu fasilitas tempat ruang kesehatan dan ruang praktik keterampilan pun sudah tersedia.
“Kami masih berusaha beri pelayanan terbaik. Air bersih itu fasilitas dasar. Juga selain itu, penyediaan koperasi juga bagian dari pelayanan,” ungkap Taufiq.
“Saya baru dua bulan bertugas di rutan ini. Sudah seringkali lihat residivis bolak-balik masuk rutan. Kalau dipersentasekan, dari 1.497 orang saat ini di rutan, 1-2 persennya adalah residivis,” demikian tutur Taufiq.
Ditanya terkait, penyebab kematian Fauzan, pihaknya belum berani memastikan secara pasti, karena masih menunggu penyelidikan hasil kepolisian.
Meski demikian dirinya menduga jika Fauzan mengalami depresi, sebab hanya di kalangan keluarga dekatlah Fauzan kerap disambangi di dalam rutan. Entah masalah apa ini yang belum diketahui pihak rutan.
“Ibu dan bapaknya memang ada di dalam rutan, namun ada saja keluarga lainnya yang menjenguk Fauzan. Nah, karena sifat fauzan ini tertutup ini lah kami belum bisa memastikan penyebab kematiannya,” terang Taufik.
Saat ditemukan tergantung menggunakan tali rafia hijau di kamar pendamping yang masih satu blok dengan sel yang dihuni Fauzan dan ayahnya yakni di Blok A nomor 25.
Petugas langsung membawa tubuhnya ke ruang perawatan rutan.
Di ruang ini pemeriksaan dilakukan dokter poli klinik. Proses pemeriksaan disaksikan pula anggota Polresta Samarinda, Polsek Sungai Pinang dan dilakukan proses Identifikasi oleh tim Inafis Polresta Samarinda.
“Hasil pemeriksaan saat itu tidak ditemukan tanda kekerasan ditubuhnya. Namun demikian untuk lebih memastikan dan juga kepentingan proses selanjutnya, jenazah di bawa ke RSUD AW Sjahranie untuk di visum,” ungkap Taufiq.
Pihaknya mengatakan, belum ada fasilitas pendampingan psikologi termasuk dokter psikiater untuk tahanan yang mengalami depresi selama menghuni rutan. Namun demikian ada kegiatan kerohanian yang sudah terjadwal untuk memberikan penyegaran rohani bagi seluruh warga binaan.
Berkaca pada dua kasus meninggalnya dua tahanan di Rutan Sempaja dengan cara gantung diri, pihaknya akan lebih meningkatkan pengawasan.
Kapolsek Sungai Pinang Kompol Ramadhanil melalui Kanit Reskrim Iptu Fahrudi menjelaskan, hasil visum memperkuat pemeriksaan awal ditubuh Fauzan jika tidak ada tanda kekerasan. Warga Jalan Kehewanan, Gang Pemotongan, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Samarinda Ilir dipastikan meninggal dunia murni gantung diri.
“Untuk jenazah sudah diambil pihak keluarga untuk dimakamkan,” singkat Fahrudi. (kis/beb)