ASAM garam kehidupan sudah dirasakan Saharuddin, kakek berusia 86 tahun yang merupakan penjaja koran di bilangan Jalan Slamet Riyadi, Karang Asam, Sungai Kunjang yang satu ini.
Tak banyak yang mengenal sosok ayah 9 anak dengan 11 cucu itu. Kesehariannya banyak dilakukannya dengan berkeliling, mengayuh sepeda miliknya dengan membawa koran yang diambilnya dari agen koran di bilangan Jalan Pangeran Antasari, Samarinda Ulu.
Panas dan hujan, bahkan banjir tak menyurutkan niat pria kelahiran 1934 lalu itu. Kehidupan keras sudah dirasakannya sejak kecil, bahkan selama masa penjajahan Belanda dan Jepang di Bumi Etam.
Kerasnya kehidupan bahkan dia rasakan hingga saat ini, setelah dirinya di PHK oleh perusahaan plywood PT Hartati Jaya Plywood (HJP) pada 1994 lalu, tanpa alasan yang jelas bahkan tanpa pesangon.
“Saya sudah menuntut kemana-mana, bersama dua teman saya yang juga di-PHK. Saya dan dua teman saya dulu adalah satpam di perusahaan itu, kami bukan pekerja kontrak,” kata Saharuddin.
Saharuddin mengisahkan, setelah pemecatan sepihaknya itu. Dia mengaku bingung, meski beberapa anaknya telah bekerja. Dia harus tetap memenuhi kebutuhan hidup bagi keluarganya.
“Uang simpanan saya habis ke sana ke mari untuk menuntut hak saya setelah di-PHK. Saya bingung mencari pekerjaan, sampai akhirnya saya memutuskan berjualan koran karena hanya melalui media koran saya bisa menyuarakan kesulitan yang saya alami,” ujar Saharuddin, yang kini mengalami gangguan pendengaran.
Saharuddin mengakui banyak media yang membantunya memperjuangkan menyuarakan haknya, meski tidak langsung melalui wawancara dengan dirinya.
“Tapi paling tidak saya bisa mendapat jawaban, dan tahu bagaimana sebanarnya peran pemerintah daerah kepada kami yang hanya buruh atau pekerja kasar,” ucap Saharuddin.
Dengan berjualan koran, Sharauddin pun mengaku bisa mencukupi kebutuhan hidup dia, istri dan beberapa anaknya yang belum memiliki pekerjaan tetap.
“Alhamdulillah cukup, meski dalam kondisi susah begini saya masih diberikan kesehatan untuk bisa mencari nafkah. Ya kalau dari berjualan koran saja memang tidak cukup, tapi paling tidak ada kebaikan dari pembeli yang terkadang enggan mengambil kembaliannya,” tandasnya.(oke/beb)