SEMENJAK pandemi virus korona (Covid-19), aparat Kepolisian di seantaro Indonesia ikut sibuk. Tak terkecuali jajaran Polsek Samarinda Ulu. Polisi yang bermarkas di Jalan Juanda itu ikut sibuk. Terutama dalam mengawasi dan mengawal social distancing.
Setiap hari, tak mengenal siang atau malam, Wakapolsek Samarinda Ulu AKP Rihard Nixon dan jajarannya harus berpatroli. Sasarannya mengingatkan dan mengimbau kerumunan-kerumunan warga, agar tak berkumpul karena bisa menyebarkan penularan virus korona.
Diakui Rihard yang pernah menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Bontang, bahwa selain harus selalu fit mereka juga dilanda dilema saat bertugas. Sebab ketika harus mengingatkan pemilik warung, terutama warung kecil, mereka kerap mendapat protes.
“Pemilik warung malah kadang mengeluh dengan berbagai hal diutarakan. Sebenarnya kita juga merasa kasihan. Yang harus diingat, kami tak pernah melarang atau menghambat warga mencari rejeki,” kata Rihard.
“Kami terpaksa meminta pengunjung warung untuk tak berkumpul lama, tujuannya untuk mengantisipasi menyebarnya virus. Makanya kami berikan pemahaman. Silakan tetap berjualan, cuma berjualan sistem bungkus. Jadi tak ada kerumunan,” kata Rihard lagi.
Apalagi sampai ada selentingan polisi “tega”, itu sebenarnya sangat membuat tak nyaman menurut Rihard. “Pahamilah, ini untuk kebaikan bersama. Semoga wabah ini segera berakhir sehingga keadaan kembali normal seperti semula,” lanjut Rihard.
Kadang saat berpatroli, yang lebih membuat miris adalah ketika polisi menemukan anak-anak usia sekolah malah asyik nongkrong. Padahal sejak beberapa waktu lalu belajar dilakukan mulai rumah, untuk menghindari ada kegiatan berkumpul guna memutus mata rantai penyebaran virus korona.
“Kalau ketemu, kami minta pulang. Kadang ketika mereka makan, kami tunggu sampai habis.
Kemudian disuruh pulang. Ini yang sebenarnya harus menjadi perhatian bersama. Kami meminta warga memahami, kami melakukan ini untuk mendukung program pemerintah dan agar wabah ini cepat berakhir,” pungkas Rihard. (rin/beb)