SAMARINDA KOTA. Dinas Kesehatan Kota (DKK) Samarinda menggelar uji swab massal di Gedung Trauma Center, Loa Janan Ilir, Kamis (21/5) kemarin. Sedikitnya 100 orang mengikuti uji swab massal ini. Kegiatan kali ini memang dipusatkan di salah satu perbatasan Samarinda di Pasar Loa Janan Ilir, untuk menekan terjadinya transmisi lokal di Samarinda. Karena Samarinda kini dikepung wilayah yang sudah berstatus transmisi lokal.
Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Kesehatan (Yankes) DKK Samarinda, dr. Ery Wardhana, kepada Sapos mengatakan, tujuan uji swab ini untuk deteksi dini. Selain di Pasar Loa Janan Ilir, sebelumnya juga dilakukan di Pusat Pelelangan Ikan (PPI) Selili.
Tujuan lainnya, kata Ery ingin membuktikan bahwa saat ini memang sudah terjadi penurunan kurva penyebaran Covid-19 di Samarinda. Hasil uji swab ini penting untuk memberikan pertimbangan apakah sekarang sudah tepat dilakukan tahap relakasasi atau pelonggaran social distancing.
“Selain ingin membuktikan tidak ada transmisi lokal di Samarinda, juga untuk memberikan perimbangan apakah di Samarinda sudah bisa kembali bekerja normal atau sekolah,” ungkapnya.
Untuk mendukung deteksi cepat ini, juga disertakan dua unit mesin PCR yang didatangkan dari RSUD AW Syahranie dan Laboratorium Kesehatan Kaltim.
Kata Ery, langkah ini adalah upaya untuk memastikan keadaan Samarinda kembali normal. DKK Samarinda menargetkan 500-an orang yang diuji. Beruntung ketersediaan alat tes semakin banyak, sehingga memungkinkan untuk dilakukan tes sebanyak-banyaknya.
Plt Kepala DKK Samarinda, dr. Ismed Kusasih menerangkan bahwa pihaknya memang menyasar daerah perbatasan untuk dilakukan uji swab.
“Alhamdulillah antusias masyarakat cukup tinggi. Mereka yang datang sendiri tanpa dipaksa. Detikisi dini lebih penting. Semakin cepat kita tahu semakin cepat yang bersangkutan diobati. Artinya penanganan juga bisa lebih cepat dan menghindari pasien dalam keadaan berat dan sedang,” ungkapnya.
Ismed menambahkan bahwa bila nanti ada bukti transmisi lokal, maka pihaknya sudah siap menghadapi dengan menyiapkan sejumlah skenario.
WASPADA PUNCAK EPIDEMIK BARU
Kurva penyebaran di Samarinda memang sudah bisa dikendalikan. Hal ini terbukti dengan banyaknya pasien yang dinyatakan sembuh.
Namun perlu diingat, wilayah di sekitar Samarinda merupakan transmisi lokal, seperti Kukar dan Balikpapan. Sementara tidak ada yang menjamin masuknya orang dari luar kota ke Samarinda.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P DKK Samarinda dr. Osa Rafshodia menyebut ada hal yang patut diwaspadai masyarakat.
“Kita sama-sama mencegah second wave (puncak epidemik baru) dari tetangga,” kata Osa.
Pasalnya banyak ditemukan Orang Tanpa Gejala (OTG) namun reaktif saat menjalankan rapid test. Tak heran DKK Samarinda juga menggandeng, pihak rumah sakit untuk tracking sejumlah lokasi yang rawan terpapar penyebaran korona. Seperti tes swab yang sudah dilakukan di Pusat Pelelangan Ikan (PPI) Selili Jalan Lumba-lumba, Kecamatan Ilir.
Ery kembali mengungkapkan, OTG yang masih berkeliaran perlu diwaspadai. “Sebelumnya ada 15 orang kami periksa. Dan ternyata 1 orang reaktif, sebelum diperiksa dia sempat jalan ke mal,” ungkap Ery.
Sehingga ia pun menekankan, masyarakat yang ada di dalam patut lebih waspada. Meski aktivitas bisa sedikit renggang menjelang Lebaran.
“Karana masih banyak ditemukan OTG yang berkeliaran. Makanya harus tetap jaga jarak,” bebernya. OTG merupakan orang tanpa gejala tetapi hasil rapid test dinyatakan reaktif.
TAMBAH KASUS POSITIF DAN KLASTER
Meski kurvanya mulai melandai, namun masih saja ditemukan kasus baru Covid-19 di Samarinda. Bahkan termasuk satu klaster baru.
Plt Kepala Dinkes Samarinda, dr. Ismed Kusasih menerangkan dua kasus baru SMD37 dan SMD38. Khusus untuk SMD37 merupakan klaster baru. Pekerja di tambang PT I.K, Kalimantan Tengah (Kalteng).
SMD37 terkait dengan pasien SMD34. Keduanya bekerja di tempat yang sama. Sehingga klaster ini bernama Klaster Tambang Kalteng.
Pasien diketahui pulang ke Samarinda 16 mei 2020, lalu dilakukan tes saat itu juga dan hasilnya positif.
Sedangkan SMD38 berjualan di pelabuhan laut di Balikpapan. Sehari-hari SMD38 hidup dan tidur di warungnya di pelabuhan laut Balikpapan, kawasan Melawai, Pasar klandasan. SMD38 merupakan klaster yang sama dengan pasien SMD33. SMD38 dan SMD33 merupakan klaster Pelabuhan Laut Balikpapan. SMD38 pulang ke Samarinda, 11 Mei lalu. Setelah dilakukan uji swab sehari setelahnya, hasilnya juga reaktif.
Sehingga, dua kasus tambahan ini, membuat jumlah pasien Covid-19 di Kaltim per kemarin menjadi 266 orang. (mrf/hun/nha)