BANJARMASIN. Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan akan melakukan berbagai upaya untuk memulihkan kinerja ekonomi daerah pada 2021 setelah sempat melambat karena adanya pandemi COVID-19. Plt Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Resnawan, pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2020, di Banjarmasin, Kamis, mengatakan, tahun 2020 menjadi tahun yang paling berat dari segi ekonomi.
“Pengaruh ekonomi global juga sangat memengaruhi stabilitas ekonomi di Kalimantan Selatan,” kata Rudy.
Ia menjelaskan kondisi pandemi itu menyebabkan berkurangnya permintaan atas produksi batu bara maupun hasil pertanian, sehingga perekonomian di Kalimantan Selatan terkontraksi selama dua triwulan berturut-turut.
“Kita ketahui bersama kondisi berat yang terjadi di Indonesia berdampak pada pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan. Triwulan tiga terkontraksi 4,68 persen, triwulan kedua 2,63 persen,” ujarnya. Meski demikian, menurut dia, optimisme harus dibangun dan menjadi motivasi dalam menghadapi tantangan perekonomian ke depan.
Upaya yang harus dilakukan dengan mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru dengan menambah nilai tambah sumber daya alam atau melakukan hilirisasi. Salah satu hilirisasi yang diupayakan adalah batu bara yang dapat dijadikan kokas untuk meningkatkan nilai jual dibandingkan dalam bentuk mineral mentah.
Selain itu, industri lainnya yang dapat dikembangkan untuk hilirisasi adalah Crude Palm Oil (CPO) yang mampu menghasilkan beberapa produk turunan seperti oil food, dan yang lainnya. “Baru ada di Kalimantan Selatan, tandan sawit diolah bubur kertas,” tambahnya.
Ia memastikan wilayah ini juga potensial untuk pengembangan agroindustri, pariwisata serta menjadi salah satu daerah lumbung pangan nasional yang didukung permodalan yang kuat. (adv/Antara/nin)