SAMARINDA UTARA. Sejak pandemi Covid-19 melanda, pembelajaran di sekolah dialihkan melalui sistem dalam jaringan (daring). Namun tak semua wilayah mendapat jaringan internet, khususnya yang berada di remote area (pinggiran). Sekalipun masih menjadi wilayah Samarinda namun masih ada wilayah yang dinyatakan blank spot.
Sehingga pembelajaran dilakukan secara manual. Para siswa mendapat modul belajar dari masing-masing sekolah. Ada juga yang memamfaatkan pembelajaran dari televisi maupun radio. Tanpa harus datang ke sekolah. Namun tetap saja pelajaran yang didapat tidak selengkap saat daring.
Tak heran sejak tahun lalu ada rencana untuk membuka Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Namun urung dilakukan lantaran kondisi Samarinda tak bisa diprediksi. Namun Walikota Syaharie Jaang tetap meminta agar sekolah pinggiran mempersiapkan diri. Tak heran bersama Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda Asli Nuryadin meninjau beberapa sekolah yang masih menjadi blank spot area. Salah satunya di SDN 022 dan SMPN 42 Jalan Inpres Tembok Tengah Berambai, Kelurahan Sempaja Utara, Kecamatan Samarinda Utara
pada Kamis (7/1).
Jaang pun takjub melihat sekolah tersebut dinilai sangat siap bahkan bisa menjadi percontohan untuk PTM. “Muridnya juga tidak banyak, jadi sesuai saja dengan protokol kesehatan,” tuturnya.
Sejak pandemi melanda, pihak sekolah memang tidak bisa melaksana daring. Lantaran tak ada layanan internet disana. Untuk itu Jaang pun meminta Disdik Samarinda dan Diskominfo Samarinda untuk menyediakan signal repeater atau penguat sinyal. Agar menunjang siswa selama pembelajaran jarak jauh.
Hal ini pun ditangkap oleh Kepala Disdik Kota Samarinda Asli Nuryadin. Namun khusus untuk persiapan PTM, Asli mengaku sudah berancang melakukan rapid test antigen atau antibody. “Kalau jadi PTM berlangsung, ini kan masih berproses tapi secara keseluruhan sudah siap,” pungkasnya. (hun/beb)