SUNGAI PINANG. Belum kering banjir yang menggenang sepekan lalu, banjir dengan kedalaman yang lumayan kembali menghinggapi sejumlah pemukiman dan ruas jalan di Kota Samarinda. Trauma akibat banjir besar pada awal Januari lalu masih belum sembuh. Tapi hujan yang mengguyur Rabu (13/1) malam hingga Kamis dini hari membuat puluhan ruas jalan kembali terendam banjir. Akibatnya, arus lalu lintas lumpuh.
Pantauan di lapangan, hujan dengan intesitas tinggi terjadi sejak pukul 17.20 Wita. Ratusan kendaraan kesulitan melewati banjir. Hanya kendaraan roda empat dan kendaraan berbadan besar lainnya yang dapat menerobos derasnya arus air bercampur lumpur. Ketinggian air mencapai 60 sentimeter. Akibatnya, kemacetan panjang pun terjadi di hampir semua ruas di Kota Tepian ini.
Dari data Info Taruna Samarinda (ITS) terdapat 31 titik banjir di jalan utama dan permukiman warga: Jalan Gerilya, Damanhuri, Abdul Wahab Syahranie, Merdeka, Kemakmuran, Perum Vorvo, Pertigaan Teminal Lempake, Simpang 4 Sempaja, M Yamin, Ir Katamso, Rajawali, Tengkawang, Merbabu, Mugirejo, Lubuk Sawa, Lambung Mangkurat , KH Ahmad Dahlan, Wahid Hasiem I dan II, Juanda (flyover), Wono Rejo, Ahmad Yani I dan II , Pramuka, Gunung Kapur, Damai, Arif Rahman Hakim, dr Sutomo, Sukorejo, Kenangan 2, Purwodadi, Kartini dan Lempake Tepian.
Banyak kendaraan terutama roda dua yang mogok. Sebagian lagi nekat menerobos banjir. Dengan harapan tetap sampai di tujuan. Pengendara lain memilih jalur alternatif. Memanfaatkan trotoar sebagai jalur lalu lintas.
Salah satu lokasi terparah banjir ada di wilayah Samarinda Utara yakni di Jalan Poros Samarinda-Bontang, DI Panjaitan, Gunung Kapur dan Mugirejo
Suliadi (45), warga Mugirejo mengatakan, banjir di kawasan itu menyebabkan kemacetan hingga lima kilometer.
Bahkan dari arah Bontang, seluruh kendaraan roda empat padat merayap lantaran terjebak macet akibat tingginya genangan air.
“Kalau untuk kemacetan terjadi mulai kawasan rimbawan. Kendaraan mengular hingga pertigaan Terminal Lempake. Semua jenis kendaraan tak dapat melintas lantaran tingginya banjir. Disamping itu banyak juga kendaraan yang mogok setelah mencoba menerobos,” kata Suliadi.
Dijelaskan Suliadi, kawasan tersebut memang merupakan langganan banjir yang kerap tenggelam usai hujan. Bahkan hujan gerimis pun mampu meninggalkan genangan hingga semata kaki. Jika banjir, pengguna jalan bisa menghabiskan waktu lebih dari dua jam baru bisa melintas.
“Kalau sudah macet, bisa berjam-jam baru normal kembali. Harusnya ini bisa diatasi sejak dulu,” ungkap pria yang sudah bemukim puluhan tahun di kawasan itu.
Kemacetan panjang di jalur tersebut semakin diperparah dengan proyek normalisasi drainase Pemerintah Provinsi Kaltim yang belum rampung. Dua jalur yang semestinya bisa dipergunakan kini menjadi hanya satu jalur. Kondisi ini semakin memperburuk keadaan.
Proyek yang digadang-gadang bakal mampu mengendalikan banjir tal bisa berbuat banyak. Proyek itu tak mampu memberi solusi bahkan bukti bisa mengutangi banjir di kawasan tersebut.
“Proyeknya miliaran, tapi seperti kurang manfaat. Kalah dengan debit air yang datang. Harisnya ini bisa diantisipasi sebab bukan pertama kali,” keluh Suliadi.
Kasat Lantas Polresta Samarinda Kombes Pol Ramdhanil langsung menerjukan anggota untuk membantu pengaturan lalu lintas. Pihaknya berupaya semaksimal mungkin agar lalu lintas tetap berjalan meski padat merayap akibat banjir.
“Kami mengimbau kendaraan khususnya roda dua yang tidak berani melintas, sebaiknya menepi agar tidak menganggu kendaraan lainnya,” kata Ramadhanil.
Ditambahkannya, untuk jalur di pertigaan Alaya pihaknya memberlakukan rekayasa lalu lintas dari arah bontang diarahkan ke Jalan Bukit Alaya menghindari penumpukan kendaraan di simpang tiga DI Panjaitan.
“Upaya ini diharapkan bisa mengurangi kemacetan selama terjadi banjir di jalur DI Panjaitan,” ucap Ramdhanil.
Proyek lanjutan normalisasi drainise ini digadang-gadang dapat memperlancar arus lalu lintas dan membebaskan jalan dari genangan air. Namun hingga saat ini belum nampak hasilnya.
“Pengerjaan awalnya bisa diprediksi selesai diakhir Desember. Namun karena kondisi di lapangan tidak bisa selesai dengan cepat,” kata Rahim (45) salah seorang pekerja proyek.
Tak hanya membuat pengerjaan menjadi tersendat sejumlah material yang digunakan untuk pembuatan pelebaran drainase ikut rusak karena banjir. Material batu turut pula menyulitkan pengendara yang melintas.
Dengan kendala yang ada, Rahim memperkirakan proyek akan molor.
“Proyek ini bergantung pada kondisi cuaca di lapangan. Kalau hujan pagi hari kita bisa lakukan pengerjaan di malam hari. Yang parah kalau hujan di sore hingga malam hari otomatis pengerjaan kami terhenti karena memang fokus pengerjaan dimalam hari,” pungkas Rahim.
DRAINASE BELUM SEMPURNA
Sebagian besar kegiatan penanganan banjir dikerjakan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Samarinda. Khususnya untuk peningkatan drainase dan operasi dan pemeliharaan (OP). Namun hal itu tak cukup membendung genangan banjir yang datang saat curah hujan tinggi. “Ya memang belum sempurna, karena masih ada beberapa drainase yang belum selesai dan akan dilanjutkan tahun ini,” ungkap Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang.
Namun lantaran jabatannya akan berakhir pada bulan depan, ia pun menyerahkan tanggung jawab selanjutnya kepada Wali Kota terpilih Andi Harun bersama wakilnya Rusmadi Wongso. Khusus program pengendalian banjir yang seharusnya membutuhkan kelanjutan tahun ini. “Semoga itu akan dilanjutkan Pak Andi Harun, karena ada beberapa titik banjir yang sudah mulai berkurang,” urai Jaang.
Disebutkannya genangan banjir di DI Panjiatan. Meskipun sempat terjadi genangan, namun tak lama akan surut. Sehingga menurutnya itu sebuah kemajuan. Termasuk juga kegiatan normalisasi banjir yang sudah dijalankan sejak tahun lalu di Gang Nibung hingga Perniagaan. Sekalipun harus merelokasi warga, Jaang pun meyakini bisa mengendalikan banjir yang ada di kawasan sekitarnya. “Semoga itu bisa menjadi percontohan, sisanya silahkan dilanjutkan,” tegasnya.
Ya, banjir di DI Panjaitan kini bisa terkendali. Sekalipun ada genangan tinggi, namun tak lama akan surut juga. Namun saat ini muncul titik banjir lainnya di beberapa ruas jalan. Sebut saja di kawasan Bukit Pinang Jalan Suryanata. Hingga fasilitas sekolah menjadi tumbal.
Terlepas dari itu berdasarkan pengamatan sementara Samarinda Pos, drainase di kawasan itu memang sangat kecil. Sedangkan limpahan genangan dari TPA Bukit Pinang terus berjatuhan ke kawasan dataran rendah. Belum lagi pengupasahan di tahun sebelumnya juga marak terjadi dikawasan Bukit Pinang.
Lama tak mendapat peningkatan drainase, membuat guyuran banjir di Suryanata kian hari bertambah deras. Rehabilitasi saluran drainase di Jalan Suryanata terakhir dilakukan pada 2016 lalu dengan nilai proyek Rp 464 juta.
Menurut Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Samarinda melalui Kepala Seksi Pembangunan Sarana dan Prasarana Wilayah Sungai dan Muara Hendra Kusuma, mengakui kegiatan pengendalian banjir disesuaikan sudah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Usulan tersebut tertuang dalam Musyawarah Rencana Pembangunan Daerah (Musrenbang). “Khusus banjir Suryanata sudah masuk bahan evaluasi kami tahun ini,” sebut Hendra.
Sementara dalam satu tahun anggaran, idealnya hanya bisa satu ruas jalan yang menjadi fokus pengendalian banjir. Namun dengan anggaran yang ada pihaknya sudah berupaya untuk melakukan pengendalian di seluruh kecamatan.
“Untuk kegiatan yang paling besar anggarannya dari kami berada di simpangan Jalan Wahid Hasyim dan DI Panjaitan,” tuturnya.
Khusus di persimpangan Wahid Hasyim, bahkan sudah dimulai sejak 2017 lalu. Kegiatannya berupa peningkatan drainase. Sedangkan di DI Panjaitan baru dimulai pada 2019 berupa krosing drainase. “Kegiatannya masih berlanjut hingga tahun ini,” pungkas Hendra. (kis/hun/nha)