SUNGAI PINANG. Harga bahan pokok seperti kedelai dan cabai nampaknya belum dapat dikendalikan. Buktinya, hingga saat ini harga kedelai masih tinggi demikian pula dengan harga cabai yang kian meroket.
Di Pasar Merdeka, Jalan Merdeka, Sungai Pinang Dalam harga kedelai impor berkisar antara 9.000/kg sedang kedelai lokal Rp 14.000/kg. Sementara harga cabai kini di angka Rp 80.000 hingga Rp 90.000.
Para pedagang di Pasar Merdeka mengaku, jika harga kedelai dan cabai ini sendiri mulai merangkak naik sejak bulan Desember 2020 lalu.
“Bulan November itu harga kedelai masih di kisaran Rp 65 ribu hingga Rp 70 ribu. Terus merangkak naik hingga sekarang. Sementara harga cabai di bulan itu masih di kisaran Rp 38 ribu saja,” ungkap pedagang, Hj Aida (39)
Hal yang sama juga terjadi di pasar Rahmad, Jalan Lambung Mangkurat, Samarinda Ilir. Di pasar ini pedagang menjual kedelai di kisaran Rp 100 ribu per kg, sementara cabai di kisaran Rp 95 ribu per kg.
Pedagang memprediksi kenaikan harga dua komiditas ini berkaitan cuaca buruk yang kerap terjadi di Indonesia saat ini. Gagal panen hingga keterlambatan pengiriman menjadi pemicunya.
“Hujan hingga banjir dimana-mana kasihan juga para petani. Tapi imbasnya harga jadi naik,” keluh Misnan (39) pedagang cabai
Menurut, Kepala Disperindagkop dan UMKM Kaltim, Yadi Robyan Noor membeberkan, harga kedelai kenaikannya tidak terlalu signifikan. para pedagang, harga untuk kedelai impor masih berada di kisaran Rp 9.300/kg.
Sedangkan untuk kedelai lokal berada di kisaran Rp 14.000/kg. Artinya kenaikan untuk komoditi kedelai masih dikatakan wajar.
“Persediaan sendiri masih cukup memadai untuk 2 bulan kedepan,” kata Roby.
Berbeda halnya dengan cabai. Roby mengakui jika terjadi perbedaan harga bergantung dimana warga membeli komoditi tetsebut
“Setiap pasar harga bervariasi. Kenapa bisa mahal? Karena permintaan komoditi cabai rawit merah memang cukup tinggi, tetapi persediaannya tadi kurang,” sebut Roby.
Roby menjelaskan, kurangnya pasokan cabai rawit merah terjadi karena Kaltim masih harus impor komoditi tersebut dari Sulawesi dan Jawa. Namun, lantaran seluruh daerah masih memasuki musim penghujan, maka petani cabai tidak bisa memanen secara maksimal.
Roby mengaku tidak bisa memperkirakan kapan harga cabai rawit merah akan turun, mengingat anomali cuaca membuat musim penghujan berlangsung lebih lama.Tetapi pihaknya akan terus berusaha untuk mengendalikan harga agar tidak memberatkan masyarakat.
“Pasokan dari sana karena musim hujan memang panennya agak menurun. Sementara permintaan masyarakat akan komoditi ini (cabai rawit merah) tetap bahkan bertambah,” tutupnya. (kis/beb)