Setelah “naik kelas” dan menyandang universitas, proses perkuliahan semester ganjil 2021/2022 di Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda, dimulai pagi tadi (6/9).
Diawali dengan kuliah umum dengan tema “Membangun Generasi Millenial yang Qurani melalui Penguatan Studi Al-Quran di Perguruan Tinggi”.
Kegiatan ini diikuti seribu mahasiswa baru di kampus yang dulunya bernama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda ini.
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI Kalimantan Selatan, Prof DR HA Fahmy Arief MA mengawali kuliah umum dengan membahas beberapa aspek stilistika dalam ayat Alquran.
Sedangkan dosen ilmu tafsir UINSI Samarinda, DR Mursalim MAg yang menjadi pemateri kedua membahas fenomena hijrah generasi milenial. Dosen Ilmu Tafsir UINSI Samarinda DR Iskandar M.Ag yang membahas paralelisme retoris Alqur’an sebagai pemateri ketiga.
Narasumber terakhir yang dihadirkan adalah DR H Fakhrul Ghazi LC MA. Dosen balaghah UINSI Samarinda ini membahas Al Ijaz al Balaghy dan penemuan sains dalam studi Alquran. Kuliah umum yang dipandu moderator Amirullah MUd, dosen UINSI Samarinda. Berlangsung sejak pagi hingga siang, diikuti tak kurang dari 1.000 mahasiswa secara virtual.
Pada kesempatan tersebut, Rektor UINSI Samarinda Prof DR HM Ilyasin MPd menyampaikan, jumlah mahasiswa di kampus yang dipimpinnya kini berjumlah lebih dari 12 ribu orang. Jumlah tersebut dari mulai mahasiswa sarjama (S1), pascasarjana (S2), hingga doktoral (S3).
“Alhamdulillah, UINSI Samarinda telah membuka Program Doktor Pendidikan Agama Islam mulai tahun ini,” sebut Ilyasin.
Dikatakan, dengan perubahan nama menjadi UINSI Samarinda, menjadikan perguruan tinggi ini semakin semangat melakukan pengembangan dan inovasi baru. Di antaranya dengan terus membuka fakultas dan program studi baru. Harapannya, antara pengabdian dan pelayanan bisa dilakukan secara seimbang. “Mudah-mudahan semakin maju bahkan bisa mendahului kampus lain,” harapnya.
Ditambahkan Rektor, meski saat ini proses perkuliahan dilakukan secara virtual, ia berharap tidak mengurangi semangat mahasiswa untuk belajar. Atas alasan itu pula, dalam kuliah umum ini sengaja mengambil tema besar Alquran karena keberadaan Islam yang memberikan rahmat untuk seluruh alam.
“Tema ini sekaligus untuk mengawali lahirnya UINSI di Kaltim dan Kaltara,” sebutnya.
Dari kajian tersebut, Islam terbukti terus membuka diri untuk dikaji dan bisa melebur di segala aspek kehidupan. Islam juga telah menunjukkan eksistensi dalam budaya yang universal, sehingga menurutnya studi tentang Al-Qur’an selalu menarik untuk dikaji.
“Harapannya, penguatan studi Alquran ini bisa mencetak generasi milenal yang mampu memunculkan gagasan dinamis, dengan tidak saling klaim kebenaran. Punya kaca mata pandang yang luas dalam melihat masa lalu, masa kini hingga masa datang,” bebernya.
UINSI Samarinda, kata Ilyasin, memiliki harapan dalam mencetak generasi yang selalu berpegang pada nilai-nilai Al-Qur’an. Sehingga semangat untuk mengkaji Islam dan Al-Qur’an akan senantiasa terpatri pada mahasiswa.
Sementara itu, dalam kuliah umum ini, Prof DR HA Fahmy Arief MA yang juga guru besar UIN Pangeran Antasari Banjarmasin membeberkan tentang keberadaan Al-Qur’an sebagai bacaan mulia yang terdiri dalam 30 bagian (juz), 114 tema (surat), dan 6.236 subtema (ayat).
Alqur’an yang diturunkan dalam kurun waktu 23 tahun baik di Mekah dan Madinah itu, menurut Fahmy banyak terdapat keunikan bahkan ditinjau dari sisi huruf atau pengucapan. Dalam kuliah ini, narasumber satu ini mengkaji Kitab Suci ini dari sisi gaya bahasa.
Salah satu yang disampaikannya adalah, Alquran mengajarkan agar manusia tidak pernah khawatir dengan apa yang belum terjadi dan selalu ikhlas menerima dengan apa yang sudah berlalu. Ini bisa didapatkan dari pemahaman gaya bahasa Al-Qur’an. Karena itu, Fahmy menyarankan para generasi milenial memahami bahasa Arab secara komprehensif, baik dari sisi sintaksis, morfologis dan gaya bahasa Al-Qur’an atau stilistika.
Sementara itu, DR Mursalin M Ag, membahas tentang fenomena hijrah generasi milenial. Menurutnya, hijrah sepatutnya bukan hanya sekadar simbol-simbol semata, namun juga menyeluruh.
“Yang paling penting dalam hijrah adalah komitmen peningkatan keimanan, serta hijrah secara intelektual,” ujarnya. Harapannya, mahasiswa bisa selalu berada pada posisi moderat dan terus memperluas wawasan namun tetap memiliki komitmen dalam kebangsaan.
Selanjutnya, poin penting yang disampaikan narasumber DR Iskandar MAg, adalah bagaimana cara membaca Alquran. “Selama ini banyak yang sudah membaca Alquran, tapi yang lebih penting adalah bagaimana cara membaca Alquran itu,” tegasnya.
Narasumber terakhir DR H Fakhrul Ghazi LC MA banyak membedah Alquran dari sisi sains. Salah satunya, adanya keberadaan makhluk di planet lain, yang lebih dikenal dengan sebutan alien. Begitu juga keberadaan ayat Alquran yang bahkan membahas tentang binatang seperti semut, juga membahas tentang gunung. (*/nha)