TENGGARONG. Biasanya harga tidak pernah bohong. Tapi anehnya, sebuah jembatan di Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), tidak begitu. Sebab jembatan menghubungkan Desa Santan Ilir dengan Desa Santah Tengah tersebut, pembangunannya menelan biaya sebesar Rp 14 miliar. Dibangun pada 2019 lalu, tapi kini sudah rusak di sana-sini.
“Kami sidak ke Marangkayu ini, untuk menindaklanjuti laporan masyarakat. Mengeluhkan kondisi jembatan yang sudah usang. Padahal baru dipakai ‘seumur jangung’ tapi kondisinya jelek. Juga ada kesan, pekerjaan atau proyeknya belum selesai. Kami tidak tahu, apakah ini dibangun asal-asalan atau bagaimana?” ujar Ketua DPRD Kukar Abdul Rasid yang datang bersama Wakilnya, Alif Turiadi serta sejumlah anggota DPRD Kukar untuk memeriksa kondisi jembatan di Kecamatan Marangkayu tersebut, Senin (6/9).
Ya, bisa dikatakan para wakil rakyat itu sangat kecewa dengan proyek pembangunan jembatan tersebut. Dipastikan kualitasnya buruk. Tentu usia pakai jembatan itu pun tidak bakal lama. Padahal keberadaan fasilitas umum tersebut sangat diperlukan masyarakat setempat, termasuk untuk ke daerah tetangga yakni Kota Bontang.
“Lihat sendiri, bagaimana kondisi jembatan ini. Biaya sebesar Rp 14 miliar itu hanya mendapat jembatan begini. Belum apa-apa sudah rusak. Kasihan masyarakat jika mendapatkan hasil pembangunan buruk seperti ini,” ucap Rasid –demikian politisi Partai Golkar ini akrab disapa.
Pemeriksaan mendadak alias Sidak Rasid dan Alif tersebut juga didampingi sejumlah anggota DPRD Kukar asal daerah pemilihan (Dapil) Marangkayu, Anggana dan Muara Badak, yakni Baharuddin, Abdul Wahab Arif dan Ma’aruf Marjuni. Hadir pula Camat Marangkayu Rekson Simanjuntak serta kepala desa (Kades) setempat dan perwakilan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kukar.
“Ini kan belum apa-apa sudah rusak. Makanya ke depan kami berharap, tidak lagi ada pekerjaan dengan kualitas buruk seperti ini. Hanya membuat warga sengsara dan merugikan negara, terutama keuangan daerah Kukar sendiri,” tegasnya.
Jembatan di Marangkayu itu memang jadi dambaan masyarakat. Sebagai akses pendukung utama transportasi serta mobilitas keseharian warga. Sekaligus jalur alternatif dari Marangkayu menuju Kota Bontang. Kondisinya memang mendukung, lantaran jalur itu tidak banyak tanjakan dan tikungan, seperti poros utama Muara Badak-Kota Bontang.
“Segera kami panggil semua pihak terkait. Supaya jembatan ini diperbaiki agar kembali layak dan aman digunakan masyarakat,” ujar Rasid, lagi.
Hal senada juga ditegaskan Alif selaku Wakil Ketua I DPRD Kukar. Bahwa kualitas jembatan dibangun dengan anggaran sebesar Rp 14 miliar itu, terbilang buruk. Politisi Partai Gerindra ini meminta pihak terkait mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya. Dalam waktu dekat DPRD Kukar memanggil Dinas PU dan kontraktor proyek jembatan itu.
“Semua dipanggil untuk dimintai mempertanggungjawabkan pekerjaannya. Kami juga menelusuri apakah jembatan dengan anggaran Rp 14 miliar itu, memang desainnya seperti ini? Apakah seperti ini, dengan posisi besi memanjang ke atas merupakan desain model zaman now? Mungkin bisa saja ini sebagai besi cadangan,” kata Alif ketika mencermati pola besi pada jembatan beton tersebut.
Pada kesempatan itu Alif juga meminta semua elemen masyarakat, turut aktif melakukan pengawaskan pembangunan di Kukar. Supaya kondisi jembatan di Marangkayu tersebut, tidak lagi menimpa daerah lainnya.
“Warga jangan sungkan melaporkan hal semacam ini. Jika melihat atau mengetahui pekerjaan proyek diduga tidak wajar, langsung saja laporkan ke pihak berwenang,” ucapnya.(idn/adv/beb)