SAMARINDA KOTA. Berbekal 3 emas di ajang pra PON, capaian muaythai Kaltim ternyata tak sesuai yang diharapkan. Hanya membawa pulang 1 perak dan 6 perunggu, jelas ini menjadi penurunan presatasi dibanding raihan mereka saat mengikuti kejuaraan-kejuaraan biasa.
“Memang menurun, tapi patut kami syukuri. Karena di Papua kemarin, saya melihat sangat berbeda. Banyak faktor non teknisnya,” ujar Sekretaris Umum MI Kaltim, Andi Iriyadi.
Dicontohkannya, seperti halnya saat pertandingan yang melibatkan Mahdi, andalan Kaltim di kelas 60 kg.
Ketika bertanding dengan tuan rumah di semifinal, seharusnya Mahdi sudah berhasil menang TKO, namun terlihat jelas wasit seperti mengulur-ulur waktu saat menghitung.
“Tapi kami tak ingin menyalahkan siapa-siapa. Tetap harus kami evaluasi bagaimana strategi ke depan,” jelas Andi.
Tak hanya itu, sesaat menjelang keberangkatan ke Papua, tim muaythai Kaltim terpaksa harus melakukan penggantian atlet putri yang turun di kelas 57 kg. Dikarenakan yang bersangkutan dihadapkan pada situasi untuk mengikuti tes masuk militer.
“Padahal di kelas 57 kg ini menjadi salah satu target kami, namun karena harus diganti, membuat persiapan penggantinya menjadi sangat kurang sekali,” tuturnya lagi.
Meski mengatakan banyak faktor non teknis, Andi tetap menilai ada beberapa atlet yang harus dievaluasi. Seperti terkait kondisi fisik yang menurun, sehingga apa yang diperlihatkan di PON tidak sesuai dengan capaian mereka sebelumnya.
Padahal secara materi, pemain yang dipersiapkan selama ini sangat berpotensi untuk menjadi juara.
Disinggung terkait penampilan Devan, sebagai satu-satunya atlet yang berhasil masuk final, Andi menilai kekalahan di laga puncak ini terkait persoalan mental.
Mengalami beberapa kali pengunduran waktu tanding, Devan disebutnya seperti mati kutu, teknik dan strateginya tidak keluar sama sekali.
“Sebenarnya lawan yang dihadapi kemarin itu sudah pernah dikalahkan sebelumnya,” Andi menyesalkan.
Ke depan, persoalan-persoalan teknis dan mental ini menjadi bahan evaluasi bagi para pengurus.
Selain itu, regenerasi atlet juga ikut menjadi perhatian, karena adanya pembatasan umur, dipastikan beberapa atlet saat ini tak bisa lagi disertakan pada PON berikutnya. “Kami akan menggelar kejurda dan open tournament, termasuk Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) nanti akan kami pantau untuk regenerasi,” tutup Andi. (rz/upi)