SAMARINDA KOTA. Upaya menggaungkan ekonomi kreatif terus dilakukan Pemprov Kaltim. Melalui Dinas Pariwisata (Dispar), salah satu bentuk dukungan ini diwujudkan dalam sebuah ajang festifal yang menaungi sineas-sineas lokal untuk dapat mempublikasikan karyanya.
Ya, setelah melalui beberapa tahapan, Senin (13/12) lalu, Dispar Kaltim untuk pertama kalinya menggelar Malam Penganugerahan Kaltim Film Festival (KFF) 2021. Sebuah ajang yang melombakan karya dari para film maker lokal. Dalam acara yang berlangsung di Orion Sky Bar Hotel Zoom Samarinda ini, ada 18 kategori penghargaan yang diperebutkan. Dari 37 karya yang terjaring pada tahap awal, akhirnya terpilih 20 film karya anak-anak muda Kaltim yang masuk dalam nominasi.
Dikatakan Kepala Dispar Kaltim, Sri Wahyuni, potensi sineas Kaltim cukup besar. Bahkan dari hasil obrolannya dengan para kurator dan dewan juri, film-film yang masuk nominasi memiliki kans untuk bisa masuk dalam industri.
“Tapi tentu butuh proses ke arah sana. Perlu ada standarisasi, terus bagaimana membangun ekosistemnya,” ucap Sri.
Saat disinggung terkait upaya promosi film-film lokal ini, misalnya dengan menggandeng jaringan bioskop nasional, Sri mengatakan perlu ada pembicaraan terlebih dahulu dengan pengelola. Namun upaya ini juga disebutnya tidak secara instan bisa meraih minat masyarakat untuk menonton langsung di bioskop.
“Bisa saja kita kerja sama dengan bioskop, tapi ketika itu ditayangkan, siapa yang menonton? Tapi jika sekadar nonton bareng, bedah film, mungkin kita bisa bekerja sama dengan pihak bioskop untuk memutarnya,” imbuhnya lagi.
Secara umum, Sri menilai karya film yang mengikuti KFF ini sudah cukup bagus. Perpaduan antara jalan cerita, pemeran, tata musik, visualnya cukup mampu mendeskripsikan pesan yang ingin disampaikan.
“Untuk di awal ini sudah bagus, ada potensi untuk diproduksi secara industri. Bahkan ke depan, kami berharap ini bisa menjadi lebih besar lagi cakupannya, menjadi Borneo Film Festival,” harapnya.
Dalam malam penganugerahan KFF 2021 ini, film Seatap terpilih menjadi karya terbaik. Selain itu, film yang mengisahkan tentang drama keluarga terkait pernikahan di usia muda itu juga mendapat penghargaan di kategori aktor dan sutradara terbaik.
Muhammad Jaya sang sutradara mengatakan, film ini memiliki pesan moral kepada generasi muda untuk tidak takut untuk menikah. Bahwa sebuah masalah akan selalu ada dalam proses kehidupan, termasuk dalam sebuah pernikahan, tak akan lepas dari segala problemanya.
Jaya mengatakan, secara umum karya sineas-sineas Kaltim, sudah mampu bersaing di perfilman nasional. Permasalahannya, hanya masih banyak yang belum terlihat saja. Apalagi beberapa karya sineas lokal ada yang sudah menang di skala Asia bahkan internasional.
“Kendalanya, mungkin banyak yang belum pede saja dengan filmnya sendiri. Film itu kan refleksi kehidupan, jadi buatlah cerita nanti teknisnya akan mengikuti,” urai Jaya.
Selain itu Jaya berharap, di tahun depan KFF bisa masuk ke ranah festival nasional. Namun terlebih dulu, perlu ada perbaikan di sistemnya terlebih dahulu. Ia juga menilai, potensi budaya lokal Kaltim cukup menarik untuk diangkat menjadi sebuah karya film.
“Banyak budaya yang bisa diangkat dan memiliki nilai jual tinggi,” pungkas Jaya. (rz/nha)