SAMARINDA KOTA. Memasuki pertengahan Februari, kasus Covid-19 kembali meradang dengan bayang-bayang varian Omicron. Meski belum ditemukan pasti varian baru tersebut di Samarinda, namun berdasarkan para pakar menyebut penyebaran varian ini memang lebih cepat dari pendahulunya. Hanya saja tidak membahayakan seperti varian Delta.
Peningkatan kasus pun terjadi di sejumlah daerah termasuk di Samarinda. Hampir tidak ada lagi kecamatan yang berada di zona hijau dalam dua pekan terakhir. Kini berubah begitu cepat menjadi zona merah dan oranye.
Wali Kota Samarinda Andi Harun mengeluarkan Instruksi Nomor 05 Tahun 2022 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3. Informasi ini telah dirilis sejak Selasa (15/2). Secara keseluruhan memang sedikit lebih ketat dari penerapan PPKM Level 2. Namun orang nomor satu di Samarinda ini meminta agar masyarakat tidak perlu panik lantaran sebelum peningkatan status ini, pihaknya dari Satgas Covid-19 Samarinda juga telah menyiapkan strategi dengan meningkatkan kembali yustisi di sejumlah tempat keramaian.
Selain itu, ia sudah meminta kepada setiap RT untuk mendata sejumlah warganya yang tergolong lanjut usia (lansia) dan belum pernah mendapatkan vaksin. Sehingga bisa segera diberikan vaksin dengan jumlah yang disesuaikan dengan kebutuhan. “Karena tergolong rentan terpapar,” tuturnya.
Tak heran saat ini ada beberapa lansia yang dijemput untuk segera mendapatkan vaksin. Sebab saat ini dilakukan secara door to door sesuai dengan data yang dikumpulkan oleh kelurahan dan kecamatan melalui RT.
Namun ia berharap masyarakat mau mentaati protokol kesehatan (prokes) sekalipun sudah mendapatkan vaksin. Sehingga kegiatan masyarakat bisa segera normal kembali secara perlahan. “Masyarakat tidak perlu khawatir, tapi prokesnya jangan sampai longgar,” katanya.
PUNCAK DIPREDIKSI AKHIR FEBRUARI
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim Masitah menegaskan, saat ini di Jawa-Bali telah terjadi puncak lonjakan kasus positif Covid-19. Setelah terjadi penurunan kasus nanti, diperkirakan lonjakannya pindah di luar Jawa-Bali.
Diprediksi, 2-3 minggu kedepan atau akhir Februari dan awal Maret nanti, terjadi lonjakan kasus di luar Jawa-Bali. Oleh karena itu, pemerintah sudah harus mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk tempat-tempat Isolasi terpadu (isoter).
“Berdasarkan pengalaman dan mencermati pengalaman lalu, kini tertinggi di luar Jawa-Bali. Mudah-mudahan kita sudah bersiap dengan kondisi ini. Tentu saja kita selalu mengingatkan masyarakat: percepat vaksinasi dan tetap melaksanakan prokes,” ucapnya kepada Sapos, Rabu (16/2) kemarin
Masitah menambahkan, saat ini bed occupancy rate (BOR) atau tingkat keterisian rumah sakit di Kaltim mencapai 20 persen.
“Mudah-mudahan isoter sudah siap untuk mengantisipasi masyarakat yang tidak mungkin isolasi mandiri di rumah,” ujarnya. (mrf/nha)