Oleh: Sapini, SPd MPd
TAHUN ini merupakan tahun pertama saya bertugas di MTs Negeri Samarinda, tahap penyesuaian dengan lingkungan baru tidak dapat dipungkiri, namun semua dapat saya lewati sesuai dengan target yang telah saya rencanakan. Salah satunya penerapan Kurikulum Merdeka secara penuh pada tahun ajaran baru 2022/2023 terkhusus jenjang kelas VII. Hal itu sesuai dengan arahan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Bapak Nadiem Anwar Makarim yang telah meluncurkan Kurikulum Merdeka pada 11 Februari 2022 secara daring. Ia mengatakan Kurikulum Merdeka ini merupakan kurikulum yang jauh lebih ringkas, sederhana dan lebih fleksibel untuk bisa mendukung learning loss recovery akibat pandemi Covid-19. Selain itu melalui Kurikulum Merdeka juga untuk mengejar ketertinggalan Pendidikan Indonesia dari negara-negara lain.
Dengan adanya informasi arahan itu, tentu saja saya selaku kepala madrasah segera mencari narasumber yang berkopetensi untuk memberikan pelatihan kepada guru MTs Negeri Samarinda terkait pembelajaran kurikulum merdeka, semua guru MTs Negeri Samarinda mengikuti kegiatan pelatihan dengan antusias yang tinggi. Dari proses pelatihan, guru memiliki perspektif bahwa Kurikulum Merdeka dapat menjadi perangkat mata pelajaran yang dinamis pada peserta didik, hal itu tentu dapat membantu guru untuk memilih berbagai perangkat ajar untuk menyesuaikan kebutuhan belajar dan minat peserta didik yang menjadikan peserta didik lebih interaktif menggali potensi dirinya masing-masing.
Dapat dikatakan lebih sederhana dari kurikulum K13 namun memiliki dampak langsung pada kemampuan literasi peserta didik, sehingga peserta didik mampu menganalisa suatu permasalahan tertentu dengan konsep critical thinking. Tentunya hal ini yang menjadi tujuan dalam pembelajaran di tengah pesatnya perkembangan media informasi yang tidak terbendung yaitu revolusi industri 4.0. Melalui Kurikulum Merdeka peserta didik mampu memiliki kemempuan berpikir Higher Order Thinking Skill (HOTS).
Dari proses latihan penerapan kurikulum merdeka maka saat ini guru di MTs Negeri Samarinda telah melaksanakan kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau biasa disebut dengan kegiatan P5. Dikutip dari Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, Kemendikbudristek disebutkan Profil Pelajar Pancasila adalah pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Di lain sisi, profil pelajar Pancasila juga mencakup mengenai kemampuan pelajar untuk memiliki paradigma berpikir yang terbuka terhadap perbedaan dan kemajemukan. Pelajar Pancasila harus memiliki kepedulian pada lingkungannya dan menjadikan kemajemukan yang ada sebagai kekuatan untuk hidup bergotong-royong.
Tentu hal itu membuat saya sangat senang dan bangga terhadap penerapan kurikulum merdeka di Madrasah Tsanawiyah Negeri satu-satunya di Kota Samarinda. Pada semester ganjil ini, guru MTs Negeri Samarinda telah melaksankan 2 tema kegiatan P5, di antaranya tema pertama “masalah membuat dewasa” dan tema kedua “kearifan lokal”. Kedua tema itu memiliki keunikan dan dampak yang berbeda guna memberikan stimulus kepada peserta didik. Tujuannya untuk menanamkan dimensi Profil Pelajar Pancasila, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan yang maha esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong mandiri, kreatif serta bernalar kritis.
Penerapan pembelajaran Kurikulum Merdeka pada pola interaksi antara guru dan peserta didik menjadi lebih dinamis, hal itu membuat peserta didik memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan yaitu, explanation, interpretasi, aplikasi, analisis, empati, dan refleksi diri. Dari berbagai hal yang telah saya sampaikan di atas dapat disimpulkan bahwa pada Kurikulum Merdeka yang paling penting adalah keberimbangan nilai-nilai dalam diri antara kemampuan berpikir dan emosi sehingga hal itulah yang dikembangkan dalam pola pembelajaran Kurikulum Merdeka di MTs Negeri Samarinda. (*/adv/nch/beb)