TANJUNG REDEB. Unggul 4-3 hingga 25 detik sebelum laga usai, gagal dipertahankan anak-anak Samarinda. Satu gol pemyama dari Kutai Timur (Kutim), memaksa pemenang ditentukan melalui extra time. Di perpanjangan waktu, kejar mengejar angka masih terus terjadi. Kutim mengawali golnya untuk membuat keunggulan 5-4 yang kemudia disusul kembali. Namun di sisa waktu yang ada, Kutim mampu menyarangkan dua gol lagi untuk memastikan futsal emas putra menjadi milik mereka.
“Apapun yang terjadi di lapangan, biar penonton yang menilai sendiri. Yang jelas anak-anak bermain maksimal dan berjuang hingga akhir,” ujar manajer tim futsal Samarinda, Adnan Faridhan. Di sisi lain, Adnan juga bersyukur, di laga sebelumnya yang digelar di Graha Pemuda, Jalan Mangga Tanjung Redeb, Berau, tim putri mampu meraih emas, usai mengalahkan tuan rumah dengan skor tipis 1-0.
“Alhamdulillah di putri kami berhasil meraih emas. Semua ini tak lepas dari dukungan semua pihak, KONI dan Disporapar Samarinda serta sponsor yang membantu kami selama ini, PT Triputra Energi Megatara,” tambah Adnan. Sementara Ketua Asosiasi Futsal Kota (Afkot) Samarinda, Denny Alfian Noorshandy, mengaku tak terlalu kecewa dengan hasil yang diraih tim putra. Menurut pria yang akrab disapa Nobon itu, pemainnya adalah juara sebenarnya. “Saya tak ingin berkomentar lebih jauh, yang jelas anak-anak adalah pemenang sebenarnya. Asli binaan Samarinda, local pride,” ujar Nobon.
Pelatih futsal Samarinda, Deni Setiabudi juga tak ingin mengulas lebih jauh jalannya pertandingan. Ia menilai, anak asuhnya sudah berjuang sekuat tenaga. Menurutnya, secara permainan timnya tampil lebih baik. Ya, kekalahan Samarinda tidak lepas dari drama di 2 menit terakhir pertandingan. Di mana papan skor sekaligus penunjuk waktu tiba-tiba mati. Hal ini membuat pertandingan sempat terhenti cukup lama. Padahal saat itu, Samarinda tengah leading 4-2. “Kondisi ini membuat anak-anak kehilangan fokus,” ucap Deni.
Sementara itu, Adnan juga menilai, insiden matinya papan skor tak harus membuat wasit menghentikan pertandingan terlalu lama. Karena penunjuk waktu juga dimiliki wasit di meja panitia pertandingan. “Memang banyak yang harus lebih dibenahi lagi,” keluhnya. Jalannya pertandingan sendiri cukup seru. Pendukung Samarinda gemas melihat kepemimpinan wasit yang dianggap kerap merugikan. Hadir di tribun, Kadisporapar Samarinda H Muslimin, dan mantan manajer Borneo FC, Dandri Dauri. (rz/upi)