KETUA DPD Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) Sumarno bersama pengurus tingkat dari 18 kecamatan di Kutim resmi undur diri dari Perindo dan siap bergabung dengan Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Kaltim.
Sumarno mengatakan pengunduran diri itu dilatarbelakangi kekecewaan dari para pengurus karena penunjukan Ketua DPD Perindo Kutim baru tanpa mekanisme partai.
“Alasannya karena tiba-tiba saya diganti Mahyunadi jadi Ketua Perindo Kutim. Saya diminta jadi sekretarisnya. Teman-teman (pengurus 18 kecamatan) ini enggak mau, makanya semua melebur ke PKN saja,” ungkap Sumarno saat dihubungi, Minggu (8/1/2023).
Untuk diketahui, Mahyunadi adalah adik kandung dari Wakil Ketua DPD RI Dapil Kaltim, Mahyudin. Sejak Agustus 2022 lalu, Mahyudin yang sebelumnya kader Partai Golkar resmi pindah ke Perindo setelah dilantik jadi Ketua Dewan Pertimbangan DPP Partai Perindo oleh Ketua Umum DPP Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT).
Sumarno menduga penunjukan Mahyunadi sebagai Ketua DPP Perindo Kutim mengeser dirinya tak lepas dari peran kakaknya Mahyudin. Sumarno tak bisa berbuat banyak, terpaksa melepas jabatannya meski sudah 8 tahun jadi kader Perindo di Kutim.
Mahyudin tak membantah ketika dikonfirmasi soal intervensinya terhadap penunjukan saudaranya menjadi Ketua Perindo Kutim.
“Kalau bicara intervensi, intervensinya saya bukan hanya di Kutai Timur tapi seluruh Indonesia. Kami akan melihat mana yang lemah, akan diperkuat, mana yang sudah kuat kita support lebih kuat lagi, karena kita mau menang pemilu 2024 nanti,” ungkap dia saat dihubungi terpisah.
Mahyudin menjelaskan alasan penunjukan Mahyunadi sebagai Ketua Perindo Kutim untuk penguatan internal partai hadapi pemilu 2024. “Karena target kami mau menang,” ujarnya.
Pertimbangan lain Mahyunadi dianggap punya basis massa sehingga perlu ditampung. Soal proses tak sesuai mekanisme, Mahyudin membantah. Kata dia, penunjukan Mahyunadi sebagai ketua sudah melalui mekanisme partai.
“Kami komunikasi dengan Ketua DPD lama Pak Marno. Kami juga enggak langsung mengganti. Didiskusikan sama Pak Marno. Awalnya kooperatif enggak masalah. Tiba-tiba keluar dari kepengurusan. Kalau begitu ya, kita enggak bisa apa-apa,” kata dia.
Mahyudin juga tak permasalahkan soal pengunduran diri para pengurus dari 18 kecamatan. “Kalau yang mau keluar ya enggak bisa kita tahan juga. Tapi kalau ada yang bertahan tentu kita prioritaskan,” pungkas dia.
Setelah hengkang dari Perindo, Sumarno langsung dipercaya jadi pucuk pimpinan di PKN. Dia ditunjuk jadi Ketua Pimpinan Cabang (Pimcab) PKN Kutim.
Kendaraan politik baru ini, bagi Sumarno lebih mengedepankan etika politik. Karenanya, ia dan 18 pengurus Perindo ditingkat kecamatan mau menjadi kader PKN.
PKN merupakan partai baru yang dinyatakan lolos sebagai peserta pemilu 2024 oleh KPU. Ketum PKN dijabat Gede Pasek Suardika. Sementara, Ketua Pimpinan Daerah (Pimda) Kaltim, dipimpin Rudi Prianto.
Sumarno memastikan berpindahnya keanggotaan 18 pengurus Perindo tingkat kecamatan ke PKN berlangsung tanpa hambatan karena atas inisiatif sendiri. Hal ini tentu membuat struktur di PKN Kutim makin meluas dan tertata.
“Karena struktur di 18 kecamatan itu lengkap semua. Tinggal pindah nama aja. Dulu ya Perindo, tapi sekarang ya PKN. Tinggal ganti nama aja,” terang dia.
MERASA TIDAK DIHARGAI DI PERINDO
Sumarno menjelaskan proses pergantian posisi ketua tanpa mekanisme di internal Perindo mencederai demokrasi dan mengecewakan banyak kader.
“Perindo kayak main seenaknya gonta-ganti. Seolah kita yang pengurus merasa tidak dihargai,” keluh dia.
Bayangkan saja, kata dia, kerja keras para kader mempersiapkan verifikasi faktual KPU beberapa waktu lalu.
“Di Kutim hanya satu-satunya Perindo partai non-parlemen yang lulus verfak KPU loh. Nah pasca pengumuman lolos, langsung ada pergantian,” kata dia.
Bagi Sumarno gonta-ganti pemimpin dalam struktur partai politik sebenarnya hal wajar.
Namun, tetap melalui mekanisme partai, tidak boleh seenaknya karena hubungan keluarga atau kedekatan person to person.
Sebab, proses politik semacam itu yang memecah kesolidan partai. Proses politik menjadi tidak demokratis.
Hal ini yang dialami Perindo Kutim, hingga membuat pengurus di 18 kecamatan mundur dan mencari perahu baru yakni PKN.
Sumarno mengaku ia didesak para pengurus dan kader untuk hengkang dari Perindo Kutim.
Karena desakan itulah, Sumarno akhirnya berlabuh di PKN.
ALASAN MEMILIH PKN
Sumarno membeberkan alasan dirinya dan ratusan mantan pengurus Perindo masuk ke PKN. Menurut dia, PKN adalah partai baru yang lebih mengedepankan etika.
Hal itu bisa dilihat dari pidato Ketum Gede Pasek Suardika dan juga Ketua Pimpinan Cabang (Pimcab) Kaltim, Rudi Prianto. Setiap ajakannya selalu menyematkan, kata santun berpolitik.
“Paling pokok dalam berpartai itu kita harus beretika,” kata Sumarno.
Dengan cara demikian, semua kader akan merasa diayomi dan terbangun suasana kekeluargaan yang solid dalam partai. Hal itu akan memudahkan kerja- kerja politik.
“Kalau enggak beretika jatuhnya ya arogan. Pemimpin yang arogan tidak akan bikin partai besar,” pungkas dia.
Sejalan dengan itu, Ketua Pimpinan Daerah (Pimda) Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Kaltim, Rudi Prianto mengajak para kader agar berpolitik santun dan riang gembira. Jangan saling menyikut satu sama yang lain.
“Mari bergandengan tangan, saling menguatkan dan berkolaborasi demi kepentingan rakyat banyak,” tegas Rudi.
Rudi mengatakan kehadiran PKN dalam kancah perpolitikan nasional maupum daerah bakal memberi warna baru dan meramaikan helatan pemilu 2024.
Tidak ada yang perlu ditakuti dari PKN. PKN hanya partai baru yang berkomitmen memperjuangan aspirasi masyarakat, layaknya partai politik lain pada umumnya.
“So, mari kita berpolitik yang santun, asyik dan riang gembira. Kami bukan ancaman,” ajak Rudi.
PKN KUTIM TARGET RAIH SATU FRAKSI
Pasca ditunjuk memimpin PKN Kutim, Sumarno mulai menkonsolidasikan kekuatan kader, simpatisan hingga sayap-sayap partai.
“Kami juga roadshow ke tokoh-tokoh yang punya basis massa untuk bergabung ke PKN,” kata dia.
Semua strategi telah disusun dan sedang dijalankan. Semua kader PKN Kutim akan all out ke lapangan. Menghimpun kekuatan basis.
Memperkenalkan PKN, menjelaskan visi misi serta program – program pokok PKN. Harapannya kehadiran PKN bisa diterima baik masyarakat Kutim.
“Dengan begitu jalan politik kita akan mulus, mengakar lalu membesar,” ujar dia.
Sumarno menarget perolehan kursi PKN tembus satu fraksi di DPRD Kutim.
“Minimal 4 kursi untuk satu fraksi. Itu target kami,” kata dia optimistis.
Jika berkaca dari pengalaman Perindo di periode pemilu lalu, Sumarno tak begitu khawatir membawa PKN melompat jauh.
Sebab, saat memimpin Perindo saja pada pemilu lalu, Sumarno bisa memperoleh suara partai hingga di atas 7000 suara, meski gagal meraih kursi di DPRD Kutim.
Pada pemilu 2024 nanti, Sumarno pastikan jauh lebih besar jumlahnya di atas itu. Dia yakin betul, suara PKN akan jauh melejit.
TARGET PKN KALTIM
Ketua Pimda PKN Kaltim, Rudi menarget perolehan kursi DPRD kabupaten dan kota, masing-masing minimal 2 kursi.
Jika berhasil, artinya akan ada 20 perolehan kursi PKN di 10 kabupaten dan kota.
“Kalau ada PKN kabupaten dan kota memasang target di atas itu ya, enggak masalah. Jauh lebih baik. Tapi, ingat mesti kerja keras dan serius,” kata Rudi.
Target untuk kursi DPRD Kaltim, Rudi mengatakan minimal enam kursi dan satu kursi untuk DPR RI.
Rudi mengingatkan semua kader PKN se – Kaltim agar terus all out di lapangan, membumikan PKN sampai level terbawah dan terus merawat konsistensi.
“Sebab tiada hasil maksimal, tanpa kerja keras,” kata dia.
Selanjutnya, dalam waktu yang tidak terlalu lama, PKN Kaltim akan melakukan penjaringan dan pendaftaran calon legislatif di masing-masing kabupaten dan kota, provinsi serta DPR RI.
“Kita (PKN Kaltim) sangat terbuka. Selalu welcome bagi siapa saja yang mau bergabung, silahkan,” tutup Rudi. (*/adv/jen/beb)