UMUMNYA mereka yang termasuk dalam golongan ini berada di rentan usia 30-40 tahun dan telah berkeluarga, namun tak perlu menunggu di usia matang pun saat ini sudah banyak anak muda yang telah memiliki tanggung jawab untuk membiayai kebutuhan orangtua dan saudaranya. Tuntutang perkembangan zaman saat ini, tanggung jawab bekerja tak lagi dibebankan kepada kaum lelaki. Sebab juga perempuan yang saat ini memiliki spirit dan effort bekerja yang tak kalah dengan lelaki.
Namun keduanya tentu memiliki alasan tersendiri untuk mengambil tanggung jawab bekerja. Bagi mereka yang tergolong generasi sandwich biasanya tak lain untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga daripada harus mementingkan kebutuhan pribadi mereka. Seperti yang diungkapkan Cintia Rahmadani Iskandar, dalam satu bulan setidaknya ia harus menyisihkan Rp 1 juta untuk memenuhi keperluan rumah. Setelah itu Rp 200-300 untuk kedua orangtua, dan ia juga masih memiliki tanggungan untuk menyelesaikan cicilan motornya, Rp 1,2 juta perbulan.
“Ya setidaknya dalam sebulan itu semua kalau ditotal sampai Rp 2 juta, karena saya masih tinggal sama orangtua, jadi sudah menjadi tanggung jawab untuk membantu kebutuhan rumah,” ujar Cintia. Sebagai seorang freelancer di salah satu media membuat perempuan kelahiran Samarinda 6 Januari 1999 juga kerap menerima berbagai tawaran pekerjaan tambahan diluar pekerjaan sehari-hari atau saat ini disebut side job. Meski memiliki dua orang kakak, namun Cintia mengaku memiliki beban tersendiri jika tidak memenuhi kebutuhan rumah.
“Bahkan bagi saya Rp 1 juta itu sebenarnya masih kurang untuk makan, itu di luar air dan listrik juga biasanya saya tanggung. Karena kedua orangtua saya nggak kerja,” bebernya. Saat ditanya mengenai keperluan pribadinya, Cintia mengaku lebih banyak menahan diri kecuali segala kebutuhan rumah dan tanggung jawab telah terpenuhi. Mengingat statusnya yang masih menjadi freelancer membuat dirinya mau tidak mau harus giat mencari tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan utama.
“Kecuali ada bonus, misalnya mau membeli sesuatu yang mahal ya harus nabung dulu,” terangnya. Sama halnya yang diungkapkan Ainur Rofiah, yang saat ini rela hidup berjauhan dari keluarganya lantaran tuntutan pekerjaan. Meski tak tergolong menjadi generasi sandwich sepenuhnya, namun ia bertekad untuk menyisihkan 20 persen gajinya untuk memenuhi kebutuhan rumah. Menurutnya memberi kepada orangtua itu bukan menjadi beban namun bentuk bakti sebagai seorang anak.
“Karena kebetulan ibu juga memiliki penghasilan, jadi paling yang menjadi beban itu dari adik sih yang sekolah di swasta karena dekat rumah. Jadi tanggung jawab saya paling untuk membeli kebutuhan dapur seperti beras maupun perlengkapan untuk mandi,” ujar perempuan kelahiran Samarinda 24 Oktober 1996. Ainur mengakui gajinya sebulan pun memang tak sampai di standar upah rata-rata, sehingga ia perlu menabung saat menginginkan sesuatu di luar kebutuhan bekerja termasuk keperluan untuk pendidikan. “Jadi kalau pengen sesuatu itu harus ada pertimbangan yang sangat matang, tapi kalau bisa dipakai, ditunda dulu membeli sesuatu dulu,” jelasnya.
Begitu juga yang diungkapkan Dedi hermawan, pria kelahiran Blitar, 1 Agustus 1995. Setiap bulannya tak kurang Rp 750 ribu ia sisihkan hanya untuk kebutuhan orangtuanya. Meski harus bekerja di luar daerah dan jauh dari orangtua, ia tak melupakan kewajiban sebagai seorang anak. Namun setidaknya ia masih bisa menyisihkan pendapatannya untuk dirinya sendiri Rp 1,5 juta untuk bertahap hidup merantau di luar daerah. “Kalau mau membeli sesuatu misalnya harganya Rp 100 ribu, saya harus nabung dulu. Yang pasti uang untuk orangtua harus terpenuhi dulu di Jawa baru kebutuhan saya,” pungkasnya. (hun/nha)