HARAPAN BARU. Sederet insiden kecelakaan lalu lintas (Lakalantas) yang mengakibatkan hilangnya nyawa pengguna jalan lain masih didominasi kendaraan besar yang masuk dalam kategori Over Dimensi Over Loading (ODOL). Dari tujuh peristiwa kecelakaan yang tercatat di awal 2023, setidaknya terdapat 3 kasus yang melibatkan truk dengan pemotor (selengkapnya lihat grafis). Insiden terbaru yang melibatkan truk dengan pemotor yakni peristiwa lakalantas di Jalan Kurnia Makmur, Kelurahan Harapan Baru, Kecamatan Loa Janan Ilir (LOJI), Selasa (17/1) lalu.
Dalam peristiwa itu seorang bocah tewas tergilas roda truk yang melintas di jalan padat permukiman dan juga pasar di kawasan tersebut. Meski belum ada kepastian siapa yang salah dalam peristiwa tersebut, namun kejadian itu menjadi bukti kendaraan besar yang masuk dalam kategori ODOL bebas melintas di mana pun bahkan diluar jam operasi yang telah ditentukan. Apalagi kejadiannya sekitar pukul 17.30, di mana termasuk jam-jam padat warga beraktivitas untuk pulang menuju ke rumah.
Menanggapi masih maraknya truk yang berkeliaran tanpa adanya aturan jelas hingga memicu jatuhnya korban jiwa, Dishub Samarinda menyatakan sudah mengupayakan agar Samarinda Zero Odol di 2023. “Sudah kami sampaikan melalui rapat-rapat forum yang biasanya bersama pihak asosiasi atau pihak pemilik kendaraan. Itu jelas kita sudah informasikan bahwa standar kendaraan harus begini, jadi tidak ada kendaraan yang melebihi kapasitas dimensi kendaraan,” jelas Kepala Dishub Samarinda, Hotmarulitua Manalu, melalui Kabid Lalu Lintas Jalan, Didi Zulyani.
Disinggung mengenai jalur perlintasan khususnya di Jalan Kurnia Makmur. Didi mengatakan bahwa jalan tersebut memang merupakan jalur yang dapat dilalui truk. “Hanya saja memang ada aturan untuk waktu melintasnya. Setahu saya dari jam 6 sore sampai jam 6 pagi. Tapi untuk kendaraan lebih besar dan berat itu kami terapkan boleh melintas jam 10 malam ke atas,” kata Didi. Didi menerangkan, dalam aturan ODOL sesuai aturan yakni kendaraan kategori ODOL tidak boleh lagi memiliki dimensi tinggi.
“Harus lebih rendah. Soalnya dalam penindakan kami saat ini adalah menahan seperti tidak memberikan fuel card, memperpanjang KIR-nya. Jika mereka masih berusaha melanggar kita akan menindak seperti itu,” jelas Didi.
Mengenai tindakan terhadap ODOL yang masih melintas di dalam kota. Didi menerangkan tindakan Dishub yakni terus mengingatkan dan memberi efek jera dengan menahan fuel card dan tidak memperpanjang KIR-nya.
“Sehingga tidak bisa mendapatkan fasilitas yang biasanya dicari oleh mereka, jadi dari disitu mereka bisa berpikir bagaimana bisa berupaya menerapkan “Zero Odol” itu tadi,” katanya.
TRAILER BIKIN MACET 16 JAM
Masalah bebasnya kendaraan berat melintas di jalur padat tengah kota benar-benar menyusahkan masyarakat. Ya, karena tak kuat menanjak, truk trailer nomor polisi N 8354 RF berkelir biru bermuatan mesin pompa berukuran besar, melintang di Gunung Manggah, Jalan Otto Iskandardinata (Otista), Kelurahan Sungai Dama, Kecamatan Samarinda Ilir, Rabu (18/1) dini hari. Meski tidak ada korban, truk roda 12 bermuatan 20 ton alat berat ini menutup akses jalan dari kota menuju sambutan dan sebaliknya sejak pukul 02.45 Wita.
Upaya untuk mengevakuasi truk sempat dilakukan sekitar pukul 10.00 Wita menggunakan dumptruk. Namun upaya ini gagal. Ibrahim (55) warga sekitar mengatakan, dirinya sempat mendengar suara truk berjalan mundur pada dini hari tersebut. Takut insiden truk terguling dan mengenai rumah warga terulang, warga setempat pun berlarian keluar untuk memperingatkan sang sopir. “Kami suruh berhenti. Karena dia maksa nanjak enggak kuat. Takutnya mundur kena rumah kami,” kata Ibrahim.
Puluhan pengendara yang hendak melintas pun terpaksa memutar balik arah kendaraannya. Sebagian lagi terpaksa berjalan kaki untuk menuju kediamannya. Sementara sangat sopir Berada di ruang kemudi untuk memastikan rem angin tetap terjaga. “Kami berjaga. Jangan sampai tiba-tiba truknya mundur. Semoga cepat teratasi karena aktivitas kami sangat terganggu,” Imbuh Ibrahim (35). Menurut keterangan sang sopir truk, Riski (29) mengatakan, sebelum terhenti ditanyakan gunung manggah. Truk yang dikemudikannya itu dari arah Sanga- sanga hendak menuju Pulau Atas, Sambutan.
Rencananya, mesin pompa berukuran besar ini akan di taruh di lokasi salah satu perusahaan galangan kapal.
“Saat mulai menanjak tidak kuat karena ban selip. Kondisi kalan juga licin karena hujan,” kata Riski. Saat truk tak mampu menanjak, dan perlahan berjalan mundur. Kernet truk bernama Umar (26) trun dari truk dan mengganjal ban truk. “Saya disini dari jam setengah tiga, belum bisa dievakuasi dan saat ini masih tunggu bantuan, sampai sekarang,” ujarnya. Terkait dengan insiden ini pun pihaknya telah melaporkan ke pihak perusahaan, tetapi belum mendapatkan respon. “Sudah, saya laporkan tetapi tidak ada respon,” ungkapnya.
Untuk mengatasi kemacetan arus lalulintas sejumlah petugas dari Kepolisian, Dishub, TNI, BPBD Kota Samarinda, relawan dan warga sekitar berjaga di kedua sisi gunung. Pengalihan arus lalulintas diberlakukan. Untuk semua kendaraan menggunakan jalur Jalan Sultan Sulaiman, Pelita IV, Sambutan tembus ke Jalan Perjuangan, kemudian Jalan Selili dan juga Mahkota II. Sementara dari arah kota mengarah ke Jalan Perjuangan (gerilya). Dan untuk dari arah Sambutan bisa melewati Selili atau Jembatan Mahkota II.
“Untuk sementara walaupun ada kemacetan, memang harus jalur itu yang dapat dilalui karena di titik ini sendiri tidak bisa dilalui secara total,” kata Muhlidin, anggota BPBD Samarinda. Sekitar pukul 17.30 Wita, trailer baru berhasil di geser dari lokasi setelah satu alat berat didatangkan untuk mendorong trailer agar bisa menanjak. Arus lalulintas berangusr normal. (oke/kis/nha)