MISTERI buaya membawa jasad balita malang bernama Muhammad Ziyad Wijaya (4) di punggungnya menjadi hal menarik lantaran janggal hingga berbau mistis. Buaya muara sepanjang 3 meter yang membawa jasad Ziyad terlihat warga yang ada di sekitar pelabuhan Jetty Meindo, Handil 1, Muara Jawa, Kutai Kartanegara (Kukar), Jumat (20/1) sekitar pukul 06.40 Wita. Ziyad dinyatakan hilang sejak Rabu (18/1) sore. Artinya, bocah malang itu hilang selama 3 hari. Ziyad sebelumnya sedang asyik bermain di belakang rumahnya, tepat di atas bantaran Sungai Mahakam. Bahkan di lokasi diduga tenggelamnya Ziyad, terdapat mainan yang kerap dimainkannya.
Di balik hal aneh hingga menimbulkan asumsi berbau mistis, rupanya ada penjelasan logis mengapa buaya tidak memakan tubuh Ziyad sebagaimana buaya memangsa mangsanya. Kepala Resort Samarinda Seksi Konservasi Wilayah II Tenggarong, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim, Puji Mulyanto menjelaskan, apa yang dilakukan buaya muara tersebut sebenarnya bukan hal aneh. Ada beberapa faktor yang menyebabkan buaya berperilaku demikian.
Hampir semua binatang termasuk buaya memiliki insting atau naluri baik manusia maupun mahluk hidup, yang upunya sifat iba atau sifat mengayomi, baik sesama jenis maupun jenis lain. Memang hukum rimba, siapa yang kuat dia yang menang. Namun di sisi lain mahluk yang lemah akan menolong yang lebih kuat. “Kemungkinan buaya ini tidak memakan anak tersebut, karena mempunyai sifat iba tersbut,” kata Puji, Minggu (22/1). Meski memiliki naluri iba, Puji tidak menampik jika buaya merupakan binatang ganas yang siap mencabik dan memakan korban yang diincarnya.
Namun, perilaku buaya yang buas ini hanya akan terjadi jika buaya merasa terancam. Melihat kondisi ini, buaya dimungkinkan tidak dalam posisi terancam sehingga jasad Ziyad dianggap tidak berbahaya. Bahkan, justru terlihat seperti membantu menolong. Disamping itu, disinyalir jika buaya tersebut tidak lapar atau dalam kondisi kenyang. Warga diduga kerap memberi makan, sehingga menekan sifat buasnya. “Ini dibuktikan saat jasad dibawa ke pinggir sungai, kemudian ditinggalkan.
Kalau buaya itu ganas, maka sudah pasti akan dimakan,” tukas Puji. Puji melanjutkan, di sekitar area tersebut belum pernah ada laporan terjadinya buaya menerkam manusia. Meski begitu, dirinya tetap meminta warga untuk tetap waspada. “Walaupun itu hewan peliharaan akan tetap memiliki sikap buas. Terlebih ini buaya yang memang habitat hidupnya di sekitar lokasi. Oleh karenanya tetap waspada dan jaga putra-putrinya,” tutup Puji. (kis/nha)