SAMARINDA KOTA. Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kaltim disebut masih mengkhawatirkan. Hal ini juga diperparah dengan musim penghujan yang membuat perkembangan nyamuk semakin menjadi. Hal dibuktikan dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim, per 20 Januari 2022, dimana kasus DBD telah ditemukan 41 kasus.Tertinggi ditemukan di Kutai Barat dengan 21 kasus; Balikpapan 13 kasus; Kutai Timur 5 kasus dan Penajam Paser Utara 2 kasus. Jika berkaca pada kasus 2022 lalu, kasus DBD di Kaltim saat itu mencapai 5.887 kasus.
39 diantaranya meninggal dunia. Hal ini pun sudah seharusnya dicegah agar tak terjadi lagi di tahun ini. Kepala Dinkes Kaltim, dr Jaya Mualimin menyebut telah berupaya mencegah kematian pada kasus DBD dengan memperkuat layanan kesehatan untuk penanganan cepat dan tepat. Dirinya mengungkapkan telah berupaya memperkuat fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) dalam rangka penanganan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti ini.
“Angka kematian kasus demam berdarah dapat dicegah dengan diagnosa sedini mungkin pada gejala penyakit DBD,” ucapnya pada awak media, Senin (23/1) kemarin. Salah satu yang bisa dilakukan fasyankes dengan melakukan rapid test DBD kepada pasien. Pihaknya mengimbau kepada masyarakat dengan gejala tubuh merasakan gejala demam berdarah seperti demam, muntah-muntah, atau bintik kemerahan di area tertentu, untuk segera datang ke Puskesmas untuk menerima diagnosa.
“Semakin cepat diagnosa, maka semakin cepat penanganannya. Ini diagnosa tepat, bukan diduga-duga saja. Waktu kritis DBD itu antara dua sampai tujuh hari, kalau sampai hari keempat tidak ditangani, ini yang berbahaya,” tutupnya. (mrf/nha)