LOK BAHU. Cuaca tak menentu beberapa hari belakangan ini. Hujan dengan intensitas tinggi hingga rendah, masih kerap terjadi. Bahkan dari hasil pengecekan lapangan dan analisis risiko bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda pada peta risiko bencana cuaca ekstrem, lokasi kejadian memiliki risiko bencana cuaca ekstrem (angin kencang) sedang-tinggi dengan indeks 0,6 hingga 0,8.
Kemudian dari hasil pengecekan inarisk BPBD Samarinda, lokasi areal pematangan lahan untuk pembangunan Perumahan Primer Hills di Jalan Letjen MT Hariyono merupakan titik yang memiliki risiko bencana tanah longsor sedang-tinggi, dengan indeks 0,4 hingga 0,6. “Dengan kondisi bukaan di pinggir lereng bukit seperti yang terlihat, beberapa warga mengaku waswas.
Yang ditakutkan kalau hujan deras, tanah bergerak dan menyebabkan risiko longsor,” ujar Ketua RT 26, Jalan M Said, Gang 6, Kelurahan Lok Bahu, Mahmud Hasnawi, yang lingkungannya paling terkena dampak pembangunan perumahan elite tersebut. Jadi dengan kondisi saat ini, selain waswas banjir lumpur kembali menerjang saat hujan deras, warga juga khawatir sewaktu-waktu terjadi tanah longsor jika hujan deras kembali mengguyur permukiman mereka. “Kami minta penanganan lingkungan secepatnya dilakukan.
Kami terus terang saja tetap khawatir. Apalagi ujar salah seorang pejabat yang datang meninjau, lokasi kami ini masuk risiko bencana longsor sedang. Tapi mudahan saja tak terjadi hal tidak diinginkan,” beber Mahmud.
Sejauh ini ujar Mahmud, pengembang perumahan terus melakukan pengerjaan untuk meluaskan dan memperdalam settling pond di belakang perumahan warga yang posisinya persis di bawah bukit.
Kemudian juga pembersihan parit terus dilakukan. “Laporan yang kami terima, katanya kalau hujan lagi aliran air bisa lancar dan mengurangi risiko dampak biar tak ada genangan,” imbuh Mahmud. Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Samarinda, Suwarso menambahkan, bahwa pihaknya meminta pengembang perumahan elite bisa segera melakukan penanganan lingkungan sesuai arahan dan advice yang telah dibuat.
“Penanganan lingkungan harus segera dan cepat dikerjakan, meningat cuaca ekstrem belakangan. Pantauan di lapangan mereka (pengembang perumahan, Red) punya buffer zone (wilayah penyangga) 5 meteran dari lokasi, sehingga kami anggap cukup kuat. Namun pengerjaan tetap harus cepat, guna mengurangi risiko di lapangan,” kata Suwarno. “Kemudian saat hujan deras seperti waktu kejadian terakhir, saat air lumpur masuk rumah warga, kami sarankan agar pengembang menyiapkan mobil tangki untuk membantu menyedot air dari settling pond.
Tujuannya biar tak terjadi limpasan, sekaligus antisipasi tak mampu menahan debit air yang besar,” kata Suwarno lagi. Saran yang dikemukakan BPBD itu sebelumnya juga disampaikan Suwarso saat mendampingi kunjungan Komisi III DPRD Samarinda,Jumat (3/2) lalu. Pihak Pengembang Perumahan Premier Hills, Gunawan Uning usai peninjauan anggota Komisi III menyebutkan, bahwa pihaknya tak tinggal diam untuk membantu warga yang terdampak. “Kami juga berkoordinasi dengan relawan membantu warga melakukan penyemprotan untuk bersih-bersih lingkungan.
Saat ini kami juga proses penanganan lingkungan, membuat settling pond dan pekerjaan di lapangan cukup terhambat, karena sering hujan,” bebernya saat itu. Gunawan memastikan bahwa pihaknya bertanggung jawab atas kejadian di lapangan dan siap memberikan ganti rugi kepada warga. Gunawan menyebut, bahwa areal yang dikerjakan untuk pematangan lahan sekitar 14 hektare dan itu rencananya untuk membangun sekitar 189 unit rumah. “Sekali kami tegaskan, kami siap bertanggung jawab,” tandas Gunawan. (rin/nha)