MEKSIKO. Gubernur Kaltim Isran Noor beserta rombongan termasuk Ketua DPRD Kaltim Hasanuddin Mas’ud saat ini sedang berada di Meksiko. Kunjungan ke luar neger itu merupakan bagian upaya Kaltim memperkenalkan program penurunan gas emisi karbon kepada dunia. Isran Noor menjadi salah satu pembicara pada The 13th Annual Meeting Governors Climate Forest Task Force (GCFTF) bersama Gubernur Yucatan, Meksiko, Mauricio Vila Dosal dan Gubernur Amazonas, Brazil, Wilson Lima.
Di Meksiko pada Rabu (8/2) lalu, Isran membeberkan program penghijauan yang dilakukan di Benua Etam.
Dalam sesi yang dimoderatori Konsul Jenderal AS di Merida, Yukatan, Meksiko, Dorothy Ngutter, Isran membagikan pengalaman dan keberhasilan Kaltim dalam program pengurangan emisi karbon dan upaya pembangunan ekonomi berkelanjutan di daerah yang dipimpinnya. Isran membeberkan bahwa Kaltim telah meletakkan strategi pembangunan ekonomi secara berkelanjutan yang diinisiasi sejak tahun 2011 hingga 2019.
Kaltim memuat semua program-program penurunan emisi masuk ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2019 sampai 2023. Isran menyebut bukti Pemrpov Kaltim berupaya untuk transformasi ekonomi dari berbasis sumber daya tidak terbarukan menjadi ekonomi yang berbasis pada sumber daya baru terbarukan. “Sasaran utama kebijakan Kaltim adalah menurunkan emisi gas rumah kaca dari 25 persen di tahun 2019, menjadi 29 persen di tahun 2023,” ucap Isran dalam paparannya.
Dia menyebut Pemprov Kaltim tidak sendiri. Tetapi juga menggandeng semua pihak, baik pemerintah kabupaten/kota, Polri/TNI, swasta , NGO hingga masyarakat yang tinggal sekitar hutan. Hasilnya, Kaltim berhasil mencapai target penurunan emisi yang ditetapkan, bahkan melampauinya. “Penurunan emisi Kaltim dari tahun 2019 ke 2020 telah mengalami pencapaian sebesar 66 persen dari 27,5 juta ton CO2e menjadi 9,3 juta ton CO2e di akhir 2020,” bebernya.
Terkait pertanyaan moderator Dorothy Ngutter bagaimana pemulihan Kaltim terhadap Covid-19 dari sisi pembangunan ekonomi secara berkelanjutan, Isran lugas menjawab, dampak lesunya ekonomi akibat virus Covid-19 yang menghantam tidak hanya Kaltim, tetapi juga daerah lain di Indonesia, bahkan di dunia. Namun Kaltim lanjutnya, mengalami pertumbuhan membaik setelah 2020. Pertumbuhan ekonomi Kaltim di 2021 sebesar 2.48 persen meningkat dibandingkan 2020 mengalami yang mengalami minus 2.85 persen.
Bahkan di 2022, pertumbuhan ekonomi sudah mencapai 4.8 persen. Diketahui Kaltim secara resmi menerima insentif penurunan emisi karbon dari World Bank (Bank Dunia). Sekprov Kaltim Sri Wahyuni mengatakan, pertemuan dengan perwakilan Bank Dunia masih bersifat informal, terkait penurunan emisi karbon untuk Kaltim. Sesuai kontrak dengan Bank Dunia, Kaltim harus mampu menurunkan emisi gas sebanyak 22 juta ton CO2 equivalen. “Alhamdulillah ini membuahkan hasil, untuk tahap pertama kita menerima dana sebanyak 20,9 juta USD sebagai advance payment,” ucapnya.
Dana advance payment tersebut, lanjut Sekda, akan ditransfer melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Selanjutnya akan disalurkan ke Kaltim. Program Fasilitas Kemitraan Karbon Hutan (Forest Carbon Partnership Facility/FCPF-Carbon Fund) dari Bank Dunia, yang dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Timur di mulai tahun 2020 hingga berakhir pada 2024 nanti.
Termin pertama penurunan emisi sebanyak 5 juta ton CO2 equivalen, dengan target sampai 2024 adalah sebanyak 22 juta ton CO2 equivalen. Namun, berdasar laporan, jumlah penurunan emisi melampau target yang telah ditetapkan. “Dari target sebanyak 22 juta ton, kita malah berhasil menurunkan karbon hingga 30 juta ton,” pungkasnya. (mrf/nha)