KARANG ASAM. Dunia pendidikan di pesantren kembali tercoreng. Kali ini karena dugaan penganiayaan yang dilakukan seorang oknum ustazah atau tenaga pendidik wanita -sebut saja Ukhti-. Ukhti yang tercatat sebagai ustazah di salah satu pesantren di Kecamatan Sungai Kunjang, dilaporkan orang tua santriwati ke Polresta Samarinda karena tuduhan penganiayaan.
Ironisnya penganiayaan itu dilakukan wanita berusia 35 tahun tersebut, terhadap tiga santriwatinya yang masih memiliki hubungan saudara yakni kakak beradik dengan usia masing-masing 8 tahun dan dua anak berusia 10 tahun. Atas laporan orang tua santriwati tersebut, Ukhti selanjutnya diamankan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polresta Samarinda, Selasa (7/3) lalu.
Kapolresta Samarinda, Kombes Pol Ary Fadli membeberkan, dugaan penganiayaan tersebut diketahui orang tua ketiga santriwati tersebut pada Selasa (28/2) lalu. Namun tidak diketahui dengan pasti, kapan waktu penganiayaan itu terjadi.
“Ketika itu orang tua ketiga santriwati tersebut datang menjemput dan berencana membawa ketiga anaknya tersebut liburan. Tetapi ketika singgah di rumah makan, salah seorang anaknya yang berusia 8 tahun mengeluh sakit,” beber Ary. Orang tua santriwati itu kemudian bertanya kepada anaknya perihal penyebab sakit yang dialaminya, karena diduga disebabkan tindak penganiayaan.
“Dan hal yang sama (penganiayaan, Red) rupanya juga dialami kedua kakak santriwati tersebut. Sehingga pada Rabu (1/3) lalu, orang tua ketiga santriwati itu secara resmi melaporkan ke Polresta Samarinda,” ujar Ary.
Sesuai keterangan yang diberikan kepada kepolisian, ketiga santriwati itu mengalami penganiayaan berupa dipukul dengan rotan, diinjak, dan kepala dibenturkan ke tembok serta disemprot dengan air panas yang sebelumnya diisi ke dalam alat semprot sejenis botol sprayer.
“Dan memang anak-anak itu mengalami lebam-lebam di tangan, lengan dan punggung. Mereka mondok sudah sekitar 7 bulanan,” jelas Ary. Sementara itu dibeberkan Ary, berdasarkan pemeriksaan, Ukthi mengaku tindakannya itu dipicu ketiga santriwati yang susah diatur.
“Bahwa anak-anak tersebut diduga tidak berperilaku baik dan pernah mencuri barang-barang yang ada. Anak-anak itu pengakunya nakal, pernah mengambil barang-barang. Jadi, sudah sering ditegur dan dinasehati, tetapi anak itu tidak mengindahkan perkataan gurunya (ustazah, Red) sehingga untuk memberikan efek jera, terjadi tindak kekerasan tersebut,” pungkasnya. Sebelumnya, seorang santri pria tewas setelah dianiaya seniornya di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Samarinda Utara. Peristiwa ini terjadi beberapa pekan lalu. (oke/nha)