SEBAGAI abdi negara, sangat penting memiliki ilmu untuk berkomunikasi secara efektif. Meski terlihat sederhana, nyatanya tak semua pegawai ASN memiliki kemampuan ini. Tak jarang hal ini kerap menjadi hambatan untuk perkembangan bagi individu itu sendiri, sehingga membentuk pribadi yang tidak percaya diri, gugup atau cemas, karena konsentrasi yang rendah.
Hal ini diungkapkan oleh Speaker, Trainer and People Developer, Selamat Said Sanib. Padahal menurutnya kepercayaan diri yang tinggi dapat meningkatkan kemampuan komunikasi seseorang. Sebaliknya, ketidakpercayaan diri berakibat negatif terhadap kemampuan komunikasi.
“Sikap gugup atau cemas dalam berkomunikasi memiliki dampak negatif terhadap karir seseorang, seperti posisi kurang komunikatif, kepuasan kerja yang kurang dalam tugas-tugas yang berhubungan dengan komunikasi, hingga kehilangan kesempatan promosi,” ujar trainer yang sudah bersertifikasi ini.
Menurut Sanib, hambatan komunikasi juga dapat terjadi karena hirarki yang ketat cenderung menutup jalan komunikasi antar lini pegawai. Hierarki yang ketat menyebabkan masalah komunikasi akibat peran birokrasi yang menyebabkan berbagai tujuan organisasi tidak sesuai dengan harapan.
Hal ini menjadi salah satu bagian dari poin dalam materi yang akan ia sampaikan selaku pembicara, untuk para pegawai Sekretariat Kantor Gubernur Kaltim, Senin (13/3) mendatang. Sanib yang juga berpengalaman menjadi Holistic Therapy, Hypnotherapist & Graphologist ini mengakui penting bagi seorang pegawai untuk membangun kepercayaan diri, dengan menerapkan beberapa pola komunikasi yang tepat.
Salah satunya dengan mengenal beberapa jenis audience yang dihadapi, menerapkan metode Positif, Aktif, Clear and Energetic (PACE). Selain itu nantinya penulis buku 100 Kata Beribu Makna, Ijab Qabul dan Tulang Rusuk ini juga menyampaikan memberikan pemaparan tentang Gerakan Dimensi Lateralitas Brain Gym untuk menghilangkan rasa gugup, tidak percaya diri dan permasalahan lain yang berkaitan dengan komunikasi.
“Karena komunikasi merupakan keterampilan paling penting yang dapat dimiliki seseorang. Semua yang dicapai seseorang di tempat kerja dan secara sosial terjadi melalui komunikasi sehingga komunikasi dapat menjadi penentu kesuksesan seseorang. Namun pegawai masih menginvestasikan sedikit waktu untuk meningkatkan keterampilan komunikasinya,” urai.
Individu dengan kemampuan komunikasi yang buruk tidak hanya kehilangan banyak waktu karena kesalahpahaman dan ketidaktepatan akibat teknik komunikasi yang buruk, tetapi juga membiarkan peluang sukses yang tak terhitung jumlahnya berlalu begitu saja.
“Bagi pemimpin dengan kemampuan komunikasi yang buruk Pegawai yang tidak tahu cara berkomunikasi tidak mampu memotivasi rekannya. Seperti yang ada Al-Quran Surat An-Nahl Ayat 78, manusia sebagai makhluk sosial berinteraksi, berekspresi, dan saling mempengaruhi melalui komunikasi,” tuturnya.
Berdasarkan sosiopsikologis, manipulasi situasi ini dapat berupa perilaku, personalitas, emosi, persepsi, kognisi, hingga interaksi sikap yang kemudian membentuk kemampuan komunikasi seseorang. Dalam hal ini, keseimbangan otak kanan dan otak kiri yang menciptakan lateralitas, dapat menjadi salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi individu.
Keseimbangan otak kanan dan otak kiri memiliki banyak manfaat bagi individu. Individu yang memiliki keseimbangan otak memiliki keunggulan tidak hanya unggul secara akademis tetapi juga memiliki pengaruh dalam kehidupan sosialnya.
“Kemampuan menyeimbangkan kinerja otak kanan dan otak kiri menjadikan kecerdasan lebih sempurna, logis, dan cerdas sosial untuk mempersiapkan masyarakat 5.0 bagi perbaikan kehidupan masyarakat,” urai Sanib yang juga memiliki hobi sebagai penyair.
Tidak semua orang bisa menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri karena mendominasi salah satu otak kanan atau kiri. Ketidakseimbangan otak merupakan salah satu pemicu kebosanan belajar, tidak fokus, dan lain-lain. Salah satu metode yang dapat mengoptimalkan ketrampilan komunikasi yaitu brain gym.
”Peningkatan keterampilan komunikasi pegawai merupakan hal yang penting, terutama bagi pegawai pemerintah. Keterampilan komunikasi yang kuat memiliki dampak yang lebih positif bagi warga negara dan lebih efisien dalam mencapai tujuannya.
Di sisi lain, komunikasi yang buruk dapat menyebabkan kesalahpahaman, kesalahan, dan ketidakpuasan baik di antara karyawan maupun masyarakat,” pungkas pria yang sedang menempuh pendidikan strata di Universitas Islam Negeri Aji Sultan Muhammad Idris (UINSI) Samarinda Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). (hun/nha)
