KEBERADAAN media sosial kini semakin berimplikasi terhadap penggunanya dalam memperluas jaringan dalam berbisnis. Sehingga pengunaan media sosial itu sendiri perlu dimanfaat sebaik mungkin agar bisa memberikan benefit untuk penggunanya.
Seperti yang diungkapkan Florence Jessica Sapardo atau yang akrab disapa Jessi. Perempuan kelahiran Samarinda, 21 April 1996 ini terbilang sukses dengan bisnis party planner yang sudah ia jalankan, bahkan sejak masa kuliahnya. Bermula pada 2016 lalu, ia melihat bisnis seperti ini sudah berkembang di Jakarta dan Surabaya.
Bisnis ini kerap seliweran di dinding media sosial instagramnya, terlebih kala itu jejaring sosial ini tengah digandrungi hampir di seluruh kalangan masyarakat, selain facebook dan platform media sosial lainnya. Dari situlah Jessi melihat bisnis party planner ini bisa menjadi peluang untuk menambah penghasilannya.
“Lalu ada ada teman kebetulan dari Surabaya mau ke Samarinda, niatnya bikin surprise untuk suaminya, jadi dia tanya di Samarinda ini ada nggak (party planner). Karena belum ada jadi aku yang ditawarkan,” ujar Jessi. Bak gayung bersambut, ia sendiri sebelumnya memang memiliki beberapa aksesoris dari koleksinya yang mendukung, sebagai langkah awal menjadi party planner.
Sehingga ia pun tak ragu menangkap peluang itu, dengan mendekorasi salah satu kafe di tengah kota Samarinda termasuk kamar, sesuai dengan permintaan dari kerabatnya itu.
“Pakai properti aku pribadi, kebetulan aku suka koleksi barang-barang lucu, kaya sepeda, vas, garskin, taplak meja karena melihat apa yang sedang tren di medsos patokannya bisa dari artis, online shop atau adorable project gitu,” jelasnya.
Tak heran pemilik akun bisnis Jdecoration ini, bisa keturutan mengembangkan bisnis sesuai dengan hobinya. Terlebih dengan banyaknya situs belanja online seperti dari Tiktok, Shopee dan lainnya, tentu sangat memudahkan dirinya, mengembangkan bisnis.
“Dulu saya cuma lewat facebook, memang pernah jualan, terus biasanya nyari garskin itu lewat kaskus. Kalau sekarang kan sudak banyak media yang mendukung untuk kebutuhan berbisnis,” ungkap Jessi.
Dari keluarganya sendiri diakuinya memang tidak ada tuntutan untuk mencari uang, bahkan Jessi mengaku di awal memasuki bangku kuliah ia masih mendapat biaya pendidikan dari orangtuanya yang lebih dulu sukses dengan bisnis Event Organizer (EO). Sehingga Jessi pun mengaku di awal merajut bisnis ini, hanya sebagai sampingan, dibanding pendidikannya yang harus ia utamakan sebagai mahasiwa Psikologi Universitas Mulawarman kala itu.
“Tetap pendidikan yang utama karena uang masih dari orangtua, jadi pas lagi hectic (sibuk) dengan praktikum ada tawaran untuk party planner aku kesampingkan dulu. Sudah lulus baru aku fokus mengurus bisnis karena penghasilan utama memang dari bisnisku ini,” urainya.
Jessi tak segan membeberkan tips agar tetap konsisten dengan bisnis yang berkembang, salah satu yang paling utama adalanya perbanyak bergaul dengan banyak orang, tanpa memandang backgroundnya, Sebab menurutnya hal itu salah satu cara untuk branding bisnis dengan bersosialisasi ke sekitar.
“Peluang bisa dari mana saja, bahkan temanku yang dari Surabaya itu awalnya cuma follow-followan dari IG. Makanya aku memang suka bersosialisasi sampai satpam kampus dan orang akademik pun aku jadikan teman,” tuturnya.
Menurutnya setiap orang yang ia kenal, diantaranya bisa jadi memberikan kesempatann untuk merajut bisnis. Memang ada kalanya dalam berbisnis dihantui dengan rasa jenuh, namun bagi Jessi sebenarnya itu tantangan agar bisa naik level dan mencari tantangan lainnya.
“Harus mencari tantangan lain, dari dekor meja, jenuh jadi dekor backdrop, lalu naik lagi. Makanya harus cari peluang dan banyak bergaul untuk mengembang relasi. Biasakan diri untuk bergaul dengan orang-orang sekitar. Bahkan penjual es batu saja saya berusaha mengakrabkan diri, karena bisa jadi itu membuka jalan untuk kita berusaha,” sebutnya.
Tak terasa bisnis sebagai party planner ini telah ia jalankan selama enam tahun, bersama partnernya yang memang sudah ia kenal sejak dibangku sekolah. Bahkan dalam beberapa kali kesempatan ia sudah merekrut pegawai freelance untuk mengerjakan projectan bersama.
Namun hal itu tak juga membuatnya berkeinginan untuk menghamburkan uang demi kepuasan pribadi. Sebab sejak kecil ia sudah didik oleh orangtua untuk rutin menabung dan manajemen keuangan dengan baik.
“Biasanya keuntungan sekecil apapun dulu pas awal-awal sudah aku bagi-bagi, misalnya untuk pengeluaran bensin atau make up sudah ada sendiri, sampai sekarang nggak terasa bisa punya tabungan yang lumayan berkat usaha menahan diri,” tutup Jessi. (hun/nha)