SAMARINDA. Pemprov Kaltim telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 3,7 miliar untuk pengentasan kasus stunting di Benua Etam. Menanggapi itu, Anggota Komisi IV DPRD Provinsi Kaltim, Ananda Emira Moeis memberikan apresiasi terhadap langkah percepatan pencegahan kasus stunting di Kaltim. “Tentu berbagai langkah yang diambil pemerintah dalam mengentaskan stunting ini patut diapresiasi,” ungkapnya pada awak media.
Disinggung anggaran sebanyak Rp 3,7 miliar ini dapat menurunkan angka stunting secara maksimal, Nanda —sapaan akrabnya— berpendapat bukan hanya pemprov saja yang konsen terhadap stunting. Namun semua kabupaten/kota se-Kaltim turut ambil bagian dalam penanganannya.
“Kan, pastinya pemprov melakukan kerja sama dengan pihak terkait lainnya. Lalu, masing-masing pemerintah kabupaten/kota juga bersama-sama bergotong royong menangani kasus stunting,” bebernya.
Kendati demikian, ia mengingatkan jika kasus stunting tidak hanya dapat dituntaskan oleh pemerintah saja. Melainkan seluruh elemen masyarakat juga harus terlibat. Salah satu contohnya, seperti ibu ataupun orangtua anak pengidap stunting. Kemudian dari pihak keluarga dan tetangga terdekat.
“Ibu, orangtua, keluarga dan tetangga yang ada di sekitar harus ikut terlibat. Intinya, yang paling utama yaitu keluarga. Saling bantu dan peduli memberikan makanan bergizi bagi anak,” terangnya.
Dirinya menyebut, bahwa stunting ini menyangkut kualitas anak-anak generasi penerus bangsa, masa depan Kaltim dan Indonesia ada di tangan semua pihak. “Tentu, ini juga menyangkut Indonesia Emas yang harus mempunyai SDM berkualitas bagus, harus dimulai dan ditata dari sekarang,” paparnya.
Dalam kesempatan itu, Nanda, juga memberi saran dan masukan pada pemerintah untuk membuat suatu program agar masyarakat bisa gencar memanfaatkan pekarangan maupun halaman rumahnya, dengan menanam berbagai macam sayur-sayuran dan buah-buahan.
“Makanya saya suka di satu RT atau ibu-ibu Darma wanita ada yang masuk sebagai kelompok wanita tani. Di Pekarangan atau halaman rumah, mereka menanam sayur dan buah. Setiap saya tanya apakah hasil panen akan dijual, mereka jawabnya enggak, Justru ini sarana perbaikan gizi bagi anak-anak kita,” pungkasnya. (adv/mrf/rin)