AIR PUTIH. Kemacetan di dua titik jalan menuju simpang empat Air Putih, khususnya dari arah Jalan Pangeran Suryanata dan Jalan Ir H Juanda, memang bukan cerita baru. Jalan sempit yang tak sebanding dengan volume kendaraan yang melintas menjadi penyebab. Namun tahukah kita kemacetan di dua jalur tersebut dalam dua pekan ini terasa bertambah parah.
Ya, kepadatan dua kali lipat di jalur itu karena pemblokiran di Jalan Nursyirwan Ismail (eks Ring Road II), Kelurahan Lok Bahu, Kecamatan Sungai Kunjang. Akibat aksi menuntut ganti rugi lahan yang dijadikan jalan perlintasan kendaraan berat bermuatan itulah, akhirnya banyak truk yang terpaksa mencari jalan-jalan alternatif agar tetap dapat sampai tujuan, yakni ke Kompleks Pergudangan di Karang Asam Ulu, maupun Terminal Peti Kemas (TPK) di Palaran.
Jalur alternatif yang menjadi pilihan sopir truk dan sejenisnya yakni Jalan Pangeran Suryanata, dan Jalan Ir H Juanda. Khusus di Jalan Juanda, kendaraan besar yang kerap melintas, yakni jenis tronton bermuatan dan trailer atau truk gandeng.
Meski Jalan Pangeran Surayanata terbilang jarang, bahkan hampir tidak pernah dilintasi truk bermuatan peti kemas, namun kemacetan yang disebabkan meningkatnya volume kendaraan dalam beberapa hari terakhir, cukup dirasakan warga. Apalagi yang berjualan panganan berbuka puasa di sisi jalan itu.
“Macet sudah pasti berdampak sama pendapatan. Bagaimana orang mau beli, berhenti saja mereka susah. Kalau sudah berhenti, diklakson-klakson kendaraan lain,” tutur Herawati (50), seorang penjual panganan berbuka puasa yang berjualan tidak jauh dari simpang empat Air Putih. Meski mengaku tidak pernah melihat langsung kondisi Jalan Nusyirwan Ismail yang diblokir, namun Herawati merasa pemerintah daerah tidak punya kepedulian kepada warga yang sedang berjualan.
“Masalah tutup jalan itu setiap hari dibicarakan di sini. Apalagi kalau sudah macet parah. Ya, kami yang berjualan ini maunya lancar, tapi kapan?,” ujarnya. Seperti yang diberitikan sebelumnya, berubahnya rute khusus kendaraan besar bermuatan yang disebebkan pemblokiran Jalan Nusyirwan Ismail itu sebenarnya juga tidak berpengaruh banyak pada efisensi waktu jarak tempuh truk-truk.
Sopir truk yang mengaku bernama Paijo (46), warga Bontang Lestari mengatakan, sopir lintas kota seperti dirinya tepaksa melintas di jalan yang bukan jalurnya, bahkan pada jam diluar ketentuan, karena tidak adanya jalur lain.
“Saya mau ke pergudangan bongkar keramik dari Bontang. Kalau tidak lewat di sini (Juanda, Red) lewat mana lagi. Kemarin-kemarin memang biasanya lewat Ring Road ke pergudangan, tapi sejak ditutup jadi lewat sini. Itupun saya tahu Ring Road ditutup dari teman, kalau gak saya bisa mutar jauh lagi,” ujar Paijo. Menurut Paijo melintas di Jalan Juanda hanya menghemat waktunya sekitar 5 menit.
“Iya tidak banyak selisih waktunya, karena kalau lewat di Jalan MT Haryono ada tanjakan tinggi dan belum lagi ada berapa lampu merah ditambah macet. Beda kalau lewat Ring Road, biar masih banyak lubang masih bisa ngebut karena jarang kendaraan yang lewat,” pungkasnya. (oke/nha)