SUNGAI KUNJANG. Inflasi merupakan suatu keadaan yang menentukan arah dan gejolak perekonomian suatu wilayah dan negara. Inflasi tidak boleh naik tajam, ataupun turun drastis, karena inflasi berfungsi sebagai pengendali sistem perdagangan.
Peran pengendalian inflasi pun rupanya tak hanya berpatok pada pemerintah, melainkan juga semua elemen masyarakat, termasuk ulama yang menjadi panutan masyarakat muslim di Indonesia, khususnya pada bulan Suci Ramadan ini.
Hal ini yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kaltim sebagai upaya pengendalian inflasi. Di mana pihaknya menggandeng peran para ulama, dai dan penyuluh agama. Program yang dirancang diberi nama “Ulama Peduli Inflasi” mengusung tema “Sinergi Menjaga Stabilitas Harga di Kalimantan Timur dengan Bijak Belanja dan Berjualan”.
“Seumur-umur hidup saya, baru ini ada namanya ulama peduli inflasi,” ujar Gubernur Kaltim Isran Noor pada saat pidato, Selasa (28/3) kemarin. Isran memberikan apresiasi tinggi atas inisiatif Kantor Perwakilan BI Kaltim, meski menurutnya gagasan ini sebenarnya sudah terlambat.
“Sebenarnya ini terlambat. Tapi tidak apa-apa, bagus saja. Lebih baik terlambat, dari pada tidak sama sekali. Tapi di nusantara, baru ada di sini. Ini yang pertama,” ungkapnya. Sebagai informasi, saat ini tingkat inflasi Kaltim pada bulan Februari dalam kondisi terkendali. Berada di bawah tingkat inflasi nasional.
Inflasi gabungan dua kota yaitu Samarinda dan Balikpapan pada Februari 2023 tercatat mencapai 0,11 persen mtm, atau 5,3 persen yoy. Kepala Kantor Perwakilan BI Kaltim, Ricky Perdana Gozali mengatakan program ulama peduli inflasi adalah salah satu tindak lanjut rekomendasi pengendalian inflasi yang ditetapkan dalam high level meeting TPID.
“Program ini juga bagian dari implementasi strategi dari 4K yaitu komunikasi yang efektif dalam rangka pengelolaan ekspektasi inflasi masyarakat Kaltim,” ujarnya pada awak media. Program ulama peduli inflasi juga merujuk pada arahan presiden yang mengimbau semua pihak agar semua pihak kompak dalam pengendalian inflasi. Bank Indonesia selaku regulator pun turut meminta dukungan segala pihak dalam pengendalian inflasi.
“Kami menyadari bahwa peran tokoh agama sangat penting dan membekas ketika menyampaikan edukasi langsung kepada masyarakat dengan bahasa yang lebih mudah dipahami,” terangnya. Program ini lanjutnya bersifat persuasif dan edukatif dalam mengimbau masyarakat agar berbelanja dan berkonsumsi serta berjualan pangan khususnya pangan secara bijak dan tidak berlebihan selama bulan Ramadan dan Lebaran.
Bank Indonesia memandang ada 3 tujuan utama dari program Ulama Peduli Inflasi ini. pertama dapat mendukung pengendalian inflasi daerah melalui imbauan untuk tidak berbelanja secara berlebihan. Berjualan secara bijak. Tidak menaikan harga secara berlebihan yang dapat berdampak pada meningkatnya harga-harga.
“Kedua kita bisa meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang telah tersertifikasi halal. Dan ketiga kita dapat mengimbau untuk menggunakan non tunai dalam bertransaksi dan memberikan zakat infak,” pungkasnya. (mrf/nha)