TENGGARONG. Malang tak dapat ditolak, untung tidak bisa diraih. Demikian nasib menimpa sebanyak 24 kepala keluarga atau 80 warga RT 005 Desa Sepakat, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Akibat amukan si jago merah alias api. Mendadak berkobar menjelang buka puasa, Rabu (29/3) petang.
“Sebanyak 11 bangunan tempat tinggal, hangus terbakar. Sebuah motor Honda Supra milik seorang warga, juga ikut hangus. Ditambah 2 buah rumah mengalami kerusakan bagian samping. Sementara kerugian material mencapai Rp 1 miliar lebih. Namun tidak ada korban jiwa dari kejadian tersebut,” ungkap Kapolres Kukar AKBP Hari Rosena melalui Kapolsek Loa Kulu IPTU Rachmat Andika Prasetyo kepada Sapos.
Sekilas dijelaskannya, kobaran api mendadak muncul sekira pukul 17.45 Wita. Keterangan sejumlah saksi menyebutkan, api pertama terlihat dari kediaman warna bernama Sarjono. Diduga akibat hubungan singkat arus listrik di rumah berbahan kayu tersebut. Tidak perlu lama, selanjutnya kebakaran langsung melanda sejumlah bangunan di sekitarnya.
“Apalagi saat kejadian angin berembus cukup kencang. Sehingga api leluasa melalap bangunan tempat tinggal warga. Kebanyakan berbahan kayu dan posisi cukup rapat. Lantaran lokasi tersebut terbilang padat penduduk,” kata Kapolsek Rachmat, lagi.
Begitu jago merah terus mengamuk, selanjutnya datang sejumlah armada pemadam. Seperti dari Damkar BPBD Loa Kulu, Damkar BPBD Kukar dari Tenggarong serta sejumlah relawan pemadam kebakaran. Termasuk kendaraan water canon alias meriam air milik Satuan Samapta Polres Kukar. Setelah petugas gabungan itu bekerja ekstra keras, akhirnya sekira pukul 19.00 Wita, api bisa dipadamkan.
“Sejumlah anggota sudah kami tempatkan di sekitar lokasi kejadian. Untuk pengamanan sekaligus memantau kondisi para korban. Terutama warga yang tidak punya kerabat dekat untuk menumpang, pastinya sementara bakal tinggal di tenda-tenda pengungsian,” ujarnya.
Sebenarnya, begitu sejumlah warga mengetahui rumah Sarjono dilalap api, segera berupaya memadamkan. Menggunakan peralatan seadanya. Berupa ember dan gayung. Warga bahu-membahu menyiram kobaran api dengan air bersih. Tapi usaha warga tidak berhasil dan api terus membesar.
“Kami sudah berusaha mematikan api. Sudah banyak air kami siramkan pakai ember. Tapi apinya tidak padam. Malah semakin membesar. Sampai akhirnya membakar rumah-rumah lain,” kata Johan, seorang warga setempat. (idn/nha)