SIMPANG TIGA. Kebakaran yang menghanguskan belasan bangunan di Jalan Cipto Mangunkusumo, RT 9 dan 10, Kelurahan Simpang Tiga, Kecamatan Loa Janan Ilir (LOJI) menyisakan kisah pilu bagi korban harta bend. Ratusan jiwa yang kehilangan tempat tinggal terpaksa mengungsi.
Kebanyakan mereka tinggal sementara di rumah keluarga dan kerabat mereka. Pantauan media ini Kamis (30/3), sejumlah tenda pengungsian yang didirikan di dekat lokasi kebakaran tampak sepi. Yang terlihat hanyalah posko penerimaan bantuan dan tumpukan pakaian bekas layak pakai bantuan dari dermawan.
Hampir tidak adanya warga korban kebakaran yang tinggal di tenda pengungsian sementara itu diketahui karena banyak warga korban kebakaran hanya berstatus sebagai penyewa bangsal kayu, yang habis terbakar dalam musibah kebakaran itu.
Salah satu warga yang memilih tinggal menumpang di rumah keluarganya yakni Rahmat (44). Dia dan istri serta tiga anaknya, menumpang di rumah keluarganya yang kebetulan juga tidak berada jauh dari lokasi kebakaran.
“Keluarga saya ada di Jalan Barito. Sementara saya tinggal di sana,” katanya. Rahmat adalah seorang pekerja di pabrik plywood. Ketika kebakaran dirinya kebetulan sedang bekerja. Dia pun mendapat kabar dari istrinya, yang kala itu telah menyelamatkan diri di rumah keluarganya tersebut.
“Kalau barang-barang habis. Tapi Alhamdulillah istri dan anak selamat,” ujarnya. Korban lain yakni Yusuf (38), juga mengungsi ke rumah kerabatnya yang dekat dengan lokasi tempatnya bekerja di kawasan Kelurahan Sengkotek.
“Kalau saya sempat pulang waktu api membesar dan menyelamatkan motor,” ucapnya. Yusuf mengungkapkan, kalau untuk menyelamatkan harta benda memang tidak mudah. Hal itu dikarenakan posisi puluhan bangsal yang terbakar berada di belakang tepatnya tepi Sungai Mahakam.
“Jalannya yang susah. Kalau sudah kebakaran apinya cepat merembet, karena itu banyak yang tidak bisa menyelamatkan hartanya,” pungkasnya. Sementara itu Camat LOJI, Syahrudin Salman mengatakan, pihaknya telah meminta Kelurahan Simpang Tiga untuk berkoordinasi dengan Dinas Sosial (Dinsos) Samarinda terkait kebutuhan dan keperluan korban kebakaran.
“Memang berdasarkan laporan rata-rata warga yang menjadi korban hanya penyewa. Tetapi tetap didirikan tenda pengungsian agar dapat membantu para korban,” tutur Syahrudin. Syahrudin mengatakan, dirinya juga telah memerintahkan kelurahan untuk mengkoordinir langsung penyaluran bantuan kepada para korban sehingga tidak muncul masalah.
“Alhamdulillah sampai hari ini (kemarin, Red) bantuan terus masuk ke posko utama dan disalurkan ke warga korban kebakaran,” tandasnya. Diberitakan sebelumnya, musibah kebakaran di hari ke tujuh bulan puasa menghanguskan belasan bangunan yang terletak di lingkungan RT 9 dan 10 dengan jumlah keseluruhan 17 bangunan.
Adapun rincian bangunan yang terbakar itu yakni 10 bangunan rumah tinggal serta tempat usaha dan 7 bangsal 72 pintu. Musibah kebakaran itu mengakibatkan sebanyak 66 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 151 jiwa kehilangan tempat tinggal dan terancam berlebaran di tenda-tenda pengungsian.(oke/beb)