SAMARINDA KOTA. Menjadi sebuah acuan untuk meraih prestasi olahraga Indonesia di kancah dunia merupakan tujuan dari Desain Besar Olahraga Nasional (DBON). Disosialisasikan sejak 2021 lalu, Kaltim menjadi provinsi pertama yang secara serius dalam pergerakkannya, dengan dibentuknya tim kesekretariatan DBON.
Sebagai upaya untuk mensosialisasikan desain besar ini, Sekretariat DBON Kaltim bahkan sudah merancang Desain Olahraga Daerah (DOD), yang menyasar pada olahraga unggulan daerah ini. Tentu, tanpa mengesampingkan beberapa cabor wajib DBON yang diproyeksikan untuk menggapai prestasi emas Indonesia di Olimpiade 2045.
Selasa (23/5) kemarin, DBON Kaltim menggelar Focus Grup Discussion (FGD) dalam rangka penyusunan road map DOD DBON. Dihelat di Hotel Puri Senyiur Samarinda, kegiatan ini menghadirkan sejumlah tim pakar dan ahli di bidang keolahragaan. Di mana mereka akan membantu menyusun rancangan program untuk keberhasilan DOD, dengan fokus pada pembinaan usia dini.
Ketua tim ahli roadmap DOD, Tandiyo Rahayu, mengapresiasi positif political will pemprov Kaltim dalam upaya percepatan program DBON ini. Apalagi dari sepuluh daerah lain yang telah disosialisasikan DBON ini, Kaltim menjadi provinsi pertama yang telah membentuk organisasi untuk menjabarkan dan mengaplikasikan program yang termaktub dalam Peraturan Presiden (Perpres) tersebut.
“Ini luar biasa, olahraga Kaltim bisa menjadi role model nasional. Saya juga sudah melihat rancangan DOD dan saya nilai sudah mencapai 85 persen, tinggal memberikan sentuhan cabor-cabor yang menjadi andalan daerah ini,” ucap guru besar keolahragaan di Universitas Semarang tersebut.
Mewakili gubernur Kaltim, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) Agus Hari Kusuma, mengharapkan kegiatan ini bisa membantu pembudayaan olahraga yang disesuaikan dengan karakteristik lokal. Ia mencontohkan, cabor gulat sebagai andalan Benua Etam, yang mungkin bisa lebih dikembangkan dengan sinergitas antara pengurus cabor dan DOD.
“Apakah nanti, seperti gulat ini, akan mengirim anak-anak kita untuk berlatih di luar negeri atau mendatangkan atlet dari luar,” ucapnya. Menurut Agus, dengan adanya roadmap yang jelas, diharap bisa meng-upgrade semua lapisan masyarakat di bidang keolahragaan, baik yang terorganisasi ataupun perorangan. Sehingga nantinya akan ada pemahaman yang sama terkait apa itu DBON dan DOD.
“Namanya desain itu artinya kita membahas olahraga dari hulu ke hilirnya. Seperti pengembangan sport tourism, sport industry dan science dan olahraga pendidikan,” jelasnya. Di sisi lain, Agus menginginkan kegiatan yang menjadi bagian dari sosialisasi ini bisa ditindak lanjuti. Ia pun meminta agar semua kabupaten dan kota bisa bersama-sama menjalankan apa yang menjadi acuan dalam peningkatan prestasi olahraga ini.
“Contohnya, dulu basket dan sepak bola Kaltim bisa meraih emas. Tapi sekarang itu sulit diulang, artinya mungkin tak desain untuk bisa mempertahankan prestasi itu,” ujar Agus yang juga didapuk sebagai Kepala Sekretariat DBON Kaltim memberikan gambarannya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Sekretariat DBON Kaltim, Zairin Zain, menyebut FGD sebagai rangkaian dari kegiatan yang sudah dilakukan selama ini. Dengan mendatangkan tim ahli dan pakar yang juga staf khusus Menteri Pemuda dan Olahraga itu, Kaltim ingin bagaimana peta arah program ini bisa berjalan baik, dan diikuti seluruh kabupaten dan kota di daerah ini.
“Karena roadmap ini bisa menjadi pedoman apa saja yang menjadi kebutuhan Kaltim, khususnya di empat lingkup olahraga, di bidang prestasi, pariwisata, sport industry dan olahraga pendidikan,” urai Zairin.
DBON disebut Zairin, memang dirancang untuk mencetak atlet berprestasi dunia. Oleh sebab itu, penerapan sport science dalam melihat bakat seseorang sangat menentukan. Karena bisa saja, seseorang yang lebih menggemari sepak bola, namun setelah dites, ternyata lebih berbakat di bidang olahraga lain. Selain itu, tak kalah penting, adalah menjaga asupan para atlet sebagai syarat untuk meraih prestasi maksimal.
“Untuk kesiapan teknologi dalam sport science ini kami masih akan berkonsultasi ke pusat. Karena teknologi ini baru ada terbatas, seperti di Unesa Surabaya dan UPI Jakarta. Untuk Kaltim, kami berharap bisa diadakan di Universitas Mulawarman yang akan ditunjuk sebagai sentra DBON. Apalagi jika nanti ada Fakultas Keolahragaan, tentu ini bisa menjadi pilot project secara nasional,” harapnya.
Menanggapi kegiatan FGD ini, Ketua KONI Kaltim H Rusdiansyah Aras, menyebutnya sebagai hal yang baik dan menarik. KONI menilai, dengan berfokus pada pembinaan usia dini, akan memberikan dampak dalam pencapaian prestasi yang menjadi ranah induk organisasi olahraga ini.
“Kami melihat ini akan berdampak positif dan harus didukung. KONI dan DBON kini sudah bersinergi dengan tugas yang sudah sangat jelas. Bahwa KONI itu di prestasinya dan DBON di pembinaan usia dini,” jelas Rusdi. Disadari Rusdi, program desain besar ini tentu bukan sesuatu yang instan. Jika semua berjalan on the track, hasil dari perancangan yang telah tersusun matang ini baru bisa akan dilihat dalam masa lima atau sepuluh tahun yang akan datang. (rz/upi)