SAMARINDA KOTA. Eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) di Kaltim selama ini masih bergantung pada pengerukan tambang batu bara. Padahal potensi SDA lainnya di provinsi ini masih banyak yang perlu dikembangkan menjadi energi terbarukan.
Salah satu komoditas SDA yang bisa dikembangkan itu adalah pasir silika yang dapat di temukan di beberapa daerah di Kaltim. Sebagai informasi pasir silika merupakan bahan baku mineral batuan yang tergolong dalam Logam Tanah Jarang atau disebut Rare Earth Element (REE).
Komoditas REE kini menjadi pembahasan dunia lantaran menjadi bahan dasar pengembangan untuk menghasilkan sumber energi yang ramah lingkungan. Hal ini juga menjadi perhatian Komite Tetap Pengembangan Energi Batu Bara Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Kaltim Ashari.
Dirinya menyebut dalam beberapa jenis logam tanah jarang, diantaranya berada di Kaltim yaitu pasir silika. Namun selama ini jarang dilirik lantaran tidak memiliki nilai komersil.
“Padahal di dalam pasir silika itu ada besi, titanium yang bisa digunakan untuk pembuatan keramik, solar panel dan untuk teknologi modern lainnya,” ujar Ashari.
Hanya saja peluang ini belum banyak diketahui lantaran kurangnya pengetahuan untuk pengembangan pasir silika. Hal ini tentu disayangkan, saat dunia luar melihat ini sebagai potensi pengembangan energi yang ramah lingkungan.
“Ini berpeluang untuk dikembangkan bahkan untuk 20-30 tahun ke depannya, kenapa tidak jadi nilai komersil. Bisa saja orang luar dapat benefit, kita justru jadi penalti,” jelasnya.
Dirinya mengatakan Kaltim bahkan Indonesia sangat berpotensi dalam pengembangan komoditas REE, sehingga peluang ini harusnya bisa ditangkap dengan baik oleh warga Benua Etam. Terlebih dalam pengembangan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang banyak membutuhkan bahan dasar dari logam tanah jarang.
“Dunia sedang mengkaji REE ini, karena bisa menghasilkan energi listrik yang tidak panas. Harusnya ada pengkajian yang lebih dalam dari kita sebagai orang daerah untuk mengembangkan pengetahuan kesana,” pungkas Ashari. (hun/nha)