SENDAWAR. Turnamen sepak bola antarkampung (tarkam) yang digelar di Muara Tae, Kutai Barat (Kubar) untuk menyambut HUT ke-78 RI, terpaksa dihentikan. Pasalnya, ada satu pemain dari salah satu tim peserta meninggal dunia pasca mengalami benturan dalam pertandingan yang berlangsung pada Jumat (21/7).
Seperti dikutip dari sumber, laga antara tim Kampung Betung FC kontra Kampung Sangsang FC awalnya berlangsung lancar. Sampai jelang akhir babak pertama, terjadilah insiden yang mengakibatkan Pardi, kiper dari Betung FC harus ditandu keluar lapangan. Pertandingan pun sebenarnya tetap dilanjutkan, namun 30 menit berselang, Pardi yang dilarikan ke Puskesmas Siluq Urai, Kampung Blusuh dikabarkan meninggal.
Sontak kabar itu membuat panitia langsung menghentikan pertandingan. Atas kejadian ini, Asosiasi Kabupaten (Askab) PSSI Kubar langsung meminta turnamen dihentikan sementara, sembari dilakukan investigasi. Dihubungi melalui telepon, Ketua Askab PSSI Kubar, Teddy Rakhmat mengaku sudah menerima laporan awal kronologis terjadinya insiden tersebut.
“Saat ini kami masih terus mendalami penyebab kematian korban, karena dari apa yang dituturkan beberapa penonton dan pengawas pertandingan, benturan yang terjadi bukan hal yang fatal. Makanya, wasit tidak meniup peluit tanda adanya pelanggaran,” ujar Teddy. Dikutip dari beberapa sumber, saat benturan terjadi, tim yang diperkuat Pardi sudah unggul 4-0.
Dalam sebuah serangan dari Sangsang FC, lewat sebuah crossing, bola diterima oleh Kevin sang striker, yang kemudian berhasil dikonversi untuk memperkecil ketinggalan timnya. Saat itulah, terjadi sedikit sentuhan fisik yang mengakibatkan Pardi terjatuh. Wasit pun mensahkan gol itu karena tak melihat adanya pelanggaran.
Melihat Pardi yang terjatuh, wasit kemudian mendatangi dan menanyakan apakah bisa meneruskan permainan, yang dijawab tidak bisa. Setelah itu Pardi yang dalam kondisi sadar dibawa tim medis untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Hingga akhirnya kabar meninggalnya pemain itu diterima oleh panitia.
Kabar meninggal Pardi yang bekerja di salah satu perusahaan di Kubar, PT ARI, itu pun langsung diteruskan ke keluarganya di Lebak, Banten. Dikatakan Teddy, usai mendapat penjelasan terkait kejadian itu, pihak keluarga menyatakan menerima dan menolak untuk dilakukan autopsi terhadap jenazah.
“Karena memang tidak ada kerusuhan atau keributan antarpemain. Dari Polsek pun sudah menegaskan bahwa tak ada keributan apapun dalam pertandingan. Ini murni kecelakaan,” jelas Teddy. Ditanya terkait hasil pemeriksaan dokter, Teddy juga mengatakan belum tahu apa penyebab pasti meninggalnya korban, karena keluarga menolak untuk diautopsi. Namun, ia masih menunggu kejelasan, apakah korban memang memiliki sakit bawaan yang bisa menyebabkannya mengalami kejadian serius.
“Meskipun dari saksi yang melihat langsung, benturan itu tidak fatal, makanya wasit kami yang sudah bersertifikasi C tidak meniup peluit tanda pelanggaran. Karena posisi bola itu tanggung dan benturan itu mengenai perut korban,” tutur Teddy. Saat ini jenazah Pardi sudah dipulangkan ke kampung halamannya di Banten. Kepulangan ini difasilitasi oleh perusahaan tempatnya bekerja, serta iuran dari panitia yang merasa bersimpati.
“Sebenarnya kalau masalah kesehatan pemain itu murni dari klub. Termasuk untuk kepulangan jenazah, tapi atas dasar kemanusiaan panitia turut membantu,” jelasnya lagi. Teddy menghadiri langsung saat pembukaan kejuaraan tarkam. Dia menilai apa yang dilakukan panitia saat kejadian sudah tepat.
Bahkan ia melihat sendiri, di lokasi pertandingan sudah disediakan tim medis serta satu unit ambulans. Begitu pun terkait perizinan dan lain-lain, panitia sudah mempersiapkan segalanya dengan baik. Maka, berdasarkan hal itu, Askab pun mengeluarkan rekomendasi untuk dilaksanakan.
“Tapi untuk sementara, kami meminta agar panitia menghentikan sementara dulu kegiatan ini. Karena tentu mental mereka lagi jatuh, sembari menunggu hasil pemeriksaan lainnya,” urainya lagi. Saat ini Teddy, sesuai permintaan dari Petinggi Kampung Muara Tae, masih menunggu surat keluarga korban mengenai penolakan otopsi yang dikirim ke perusahaan.
“Untuk memastikan saja, bahwa memang pihak keluarga sudah menerima ikhlas kejadian ini,” imbuhnya. Terpisah, Sekretaris Umum (Sekum) Asprov PSSI Kaltim, Supono mengaku sudah mendengar adanya insiden itu. Namun, untuk lebih jelasnya ia mengatakan tidak tahu pasti. “Yang saya tahu semua sudah diselesaikan secara kekeluargaan,” jawabnya singkat. (rz/nha)