PELABUHAN. Usaha tak wajar dilakoni Jaidi. Pria berusia 21 tahun asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel) itu tega menjadikan istrinya sebagai objek untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Demi mencari keuntungan, Jaidi dan rekannya memperdagangkan istrinya yang masih berusia 19 tahun sebagai pekerja seks komersial (PSK).
Untuk memperlancar bisnis esek-eseknya, Jaidi dan rekannya, memasarkan korban dengan memanfaatkan platform media sosial (Medsos) MiChat. Bisnis yang digeluti Jaidi dan Rizki itu diketahui sudah berjalan lebih dari setahun. Namun untuk di Samarinda sendiri usaha menjual istri tersebut baru berjalan 2 hari sejak ketiganya tiba di Samarinda pada Kamis (20/7) lalu.
Prostitusi online yang menjadikan istri sebagai pemuas nafsu pria hidung belang itupun akhirnya dibongkar Polsek Kawasan Pelabuhan (KP) Samarinda, Sabtu (22/7) lalu. Polisi berhasil meringkus Jaidi dan rekannya dengan cara menyamar sebagai pria hidung belang. Sebelumnya polisi telah melakukan transaksi tawar menawar harga untuk sekali kencan.
Waka Polresta Samarinda, AKBP Eko Budiarto yang merilis pengungkapan kasus yang masuk dalam kategori Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) itu menerangkan. Dalam transaksi awal, Jaidi membandrol Rp 1 juta untuk sekali kencan.
“Terjadi tawar menawar hingga disepakati tarifnya Rp 900 ribu,” tegas Eko, Kamis (27/7). Setelah ada kesepakatan mengenai tarif. Jaidi didampingi Rizki kemudian mengantar Malang ke hotel yang sudah ditentukan.
“Ketika kedua pelaku mengantarkan itulah langsung dilakukan penangkapan. Sebelumnya tarif yang telah disepakati sudah diterima pelaku via transfer,” beber Eko. Kepada awak media. Jaidi mengaku uang dari hasil menjual istrinya hanya untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
“Saya menikah dengan dia (Malang, Red) 2021 dan sudah menjual istri sejak 2022 di Banjarmasin. Dia mau saja, karena kami sudah tidak punya uang,” ujarnya. Jaidi menuturkan, alasan dirinya membawa dan menjajakan Malang ke Samarinda karena di Banjarmasin kalah bersaing dan susah mencari pelanggan.
“Susah di sana (Banjarmasin, Red). Kalau di sini banyak yang cari,” ucap Jaidi, yang sesekali berbicara menggunakan bahasa daerah. (oke/nha)