SAMARINDA KOTA. Badai El Nino atau musim kemarau yang berkepanjangan menyebabkan minimnya curah hujan. Kondisi ini sudah terjadi dan melanda sebagian Tanah Air. Mulai terasa dan puncaknya hingga September hingga Desember mendatang.
Hal ini perlu diantisipasi, terutama dalam urusan ketersediaan pangan. Sebab kondisi ini jelas sangat mempengaruhi hasil produksi pangan. Sedangkan Samarinda hingga saat ini masih sangat ketergantungan pasokan pangan dari luar daerah.
Untuk mengantisipasi hal itu, Wakil Wali Kota Samarinda Rusmadi telah memberikan arahan kepada sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD), dalam rapat pengendalian inflasi pada Senin (31/7) lalu. Rusmadi mengakui saat ini memamg diperlukan upaya untuk mengoptimalisasi pangan. Sebab sesuai arahan dari pusat, untuk pemerintah daerah diminta untuk melakukan antisipasi menghadapi musim kekeringan ini.
“Namun selain dari pemerintahan, langkah antisipasi juga perlu dilakukan oleh masyarakat, seperti dengan tidak menyia-nyiakan makanan,” ungkap Rusmadi. Orang nomor dua di Samarinda ini memastikan, dengan tidak membuang-buang pasokan pangan, tentu bisa menghemat kebutuhan agar tidak mubazir. Sehingga perlu ada langkah untuk memperhitungkan pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat.
“Apakah memang banyak yang mubazir atau surplus pangan, ini perlu kita ketahui bersama,” jelasnya. Mantan Sekretaris Provinsi Kaltim ini mengakui, kondisi seperti ini jelas akan sangat memengaruhi inflasi jika tidak diantisipasi sejak sekarang. Sebab diprediksi juga akan ada gejolak harga barang di pasaran, lantaran pasokan dari luar daerah juga mulai terbatas.
“Ini akan menjadi tugas Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, untuk melakukan koordinasi dengan pihak-pihak lainnya,” katanya.
PERUMDAM JAMIN PASOKAN AIR BERSIH
Imbas dari kemarau, Bendungan Benanga, area pertanian hingga anak sungai kini mengering. Menyikapi kondisi saat ini, warga diminta waspada dan menampung air bersih sebagai langkah antisipasi. Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) Tirta Kencana Samarinda memiliki 17 instalasi pengolahan air (IPA) dengan angka 167 ribu pelanggan yang tersebar di 10 kecamatan di Kota Samarinda.
Lantaran air terus menyusut, Perumdam Tirta Kencana Samarinda harus mewanti-wanti terhadap produksi IPA Bendang, IPA Bengkuring dan IPA Gunung Lingai yang bersumber dari Bendung Benanga di Lempake, Samarinda Utara. Pengamatan dilakukan untuk menjaga ketersediaan bahan baku air tersebut.
Kasi Hubungan Masyarakat Perumdam Tirta Kencana Samarinda Sendya Ibanez menjelaskan, air di bendungan benanga memang mengalami penyusutan selama tidak adanya hujan. Di beberapa kondisi, intake IPA Bendang sempat berhenti beroperasi menyesuaikan level air baku.
“Terkait ketersediaan air baku, kami turunkan produksi karena sungai-sungai sebagai sumber air baku mulai surut. Bahkan kondisi air bangai pun kami turunkan produksi,” kata Sendya, Rabu (2/8) Selain mulai minimnya bahan baku air, potensi intrusi air laut di Sungai Mahakam menjadi perhatian serius. Untuk diketahui ambang batas klorida imbas intrusi air laut adalah 250 parts per million (ppm).
Di tahun 2015 dan 2019, dimana terjadi kemarau panjang, IPA Perumdam Tirta Kencana setop beroperasi saat kadar klorida melebihi ambang batas. Sebab jika dipaksakan berisiko mengakibatkan karat pada instalasi pipa. IPA lainnya yang masih beroperasi di muara laut adalah IPA Pulau Atas, IPA Palaran dan IPA Sungai Kapih. Pihak Perumdam masih menjamin ketiga IPA tersebut dari intrusi air laut.
Meski begitu, pihak Perumdam tetap mengimbau warga Samarinda untuk waspada dan bersiap menghadapi kemarau saat ini mulai dari sekarang. “Kami imbau, warga bisa menampung air bersih mulai dari sekarang,” jelas Sendya Ibanez. Sendya Ibanez juga memastikan tim Perumdam Tirta Kencana terus melakukan monitoring kondisi air baku di semua IPA di tengah kemarau saat ini, untuk disampaikan ke masyarakat di setiap kesempatan. (kis/nha)