SAMARINDA KOTA. Pembinaan olahraga usia dini dengan cara menggali potensi melalui pencarian atlet-atlet berbakat seperti yang diterapkan di beberapa negara Asia, akan dilakukan juga di Indonesia. Hal itu diawali dengan lahirnya Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).
Di Kalimantan Timur (Kaltim) sebagai provinsi pertama hadirnya lembaga olahraga bentukan Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI), metode itu akan dilakukan, meniru Tiongkok, Vietnam, Korea Selatan, Thailand dan negara yang berprestasi di tingkat dunia lainnya.
Hal ini disampaikan Kepala Pelaksana Sekretariat DBON Kaltim Dr Ir H Zairin Zain MSi. Dijelaskan Zairin, pembinaan olahraga di Indonesia kurang memperhatikan di tingkat daerah terutama atlet-atlet muda. Terbukti saat atlet berprestasi langsung dibawa ke pusat tanpa melihat bagaimana pembinaan dilakukan termasuk anggaran yang sudah dikeluarkan.
“Karena itu dengan kehadiran DBON lewat Perpres 86 tahun 2022, tujuannya untuk membenahi prestasi atlet di Tanah Air yang dimulai dari daerah-daerah. Diharapkan dengan pembinaan usia dini nantinya semakin banyak bermunculan atlet berprestasi yang pada akhirnya bisa berprestasi sampai tingkat nasional hasil pembinaan yang baik dari daerah,” papar Zairin.
Untuk saat ini dengan 14 cabang olahraga yang dinaungi DBON di Kaltim, diharapkan sistem pembinaan dibuat lebih baik, tentu saja dengan anggaran yang juga disiapkan. “Dengan adanya alokasi dana untuk pembinaan atlet di daerah tentu saja peluang meningkatkan pembinaan dengan baik terbuka lebar. Pemerintah harus memperhatikan pembinaan atlet usia dini sejak enam tahun. Hal itulah yang tak terjadi selama ini, daerah bergerak sendiri. Melalui DBON semua akan dibenahi,” jelas Zairin.
Karena membina atlet usia dini, maka pola yang dilakukan DBON Kaltim adalah meniru apa yang dilakukan negara dengan olahraga maju dan berkembang di Asia bahkan di dunia.
“Negara-negara dengan olahraga maju mencetak atlet muda dengan latihan keras sejak usia enam tahun, setelah itu mereka mendapatkan hasilnya 10 sampai 20 tahun ke depan. Itu juga yang akan dilakukan DBON Kaltim sekarang ini karena dengan menemukan atlet berbakat usia dini, tahun 2045 mendatang setidaknya bisa berprestasi dan meraih medali di Olimpiade,” sebutnya.
Pembagian tugas juga sudah jelas antara DBON dan KONI, dimana dengan mencetak atlet usia dini yang berprestasi nantinya KONI yang akan mengambilnya, mengikutsertakan ke kejuaraan tingkat nasional selanjutnya membela nama Indonesia di kancah internasional.
“Berbicara atlet usia dini tak lepas dari peran guru olahraga atau penjas (pendidikan jasmani) di sekolah-sekolah, karena itu DBON bersama Igornas (Ikatan Guru Olahraga Nasional) Kaltim akan mendata atlet muda dari tingkat SD, SMP juga SMA. Nantinya guru penjas di Kaltim akan diberi pelatihan bagaimana cara mendapat dan menggali atlet berpotensi untuk berprestasi itu,” paparnya.
Sport science atau ilmu olahraga juga akan diterapkan dalam hal pencarian dan pembinaan atlet usia dini oleh DBON Kaltim. “Sport science diperlukan untuk memastikan atlet tidak salah dalam memilih cabang olahraga, jangan sampai atlet yang harusnya atletik malah main basket,” ungkapnya.
Seperti diketahui, DBON Kalimantan Timur saat ini menaungi 14 cabang olahraga diantaranya bulutangkis, angkat besi, panjat tebing, panahan, menembak, wushu, karate, taekwondo, balap sepeda, atletik, renang, dayung, senam artistic dan pencak silat. Semua cabang olahraga perorangan tersebut menyediakan banyak medali di setiap pertandingan sehingga jadi fokus utama pemerintah, dalam hal ini Kemenpora RI. (*/upi)