KEBAKARAN lahan terus terjadi. Kali ini, kebakaran lahan berada di wilayah Jalan Belimau, RT 24, Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, Senin (4/9) siang. Di lokasi ini sedikitnya 1,5 hektar lahan kering terbakar.
Situasi terbakarnya lahan sekitar pukul 12.30 Wita itu, membuat pemilik laham pertanian panik. Mereka khawatir jika rambatan api mengarah ke area persawahan.
“Saat saya lihat, api sudah besar. Ada lima titik. Terdekat dengan persawahan sekitar 100 meter. Sempat khawatir jika api merambat. Karena angin cukup kencang,” kata Ridwan (36) warga sekitar. Sebenarnya, kejadian terbakarnya lahan di kawasan itu bukan kali pertama. Kebakaran lahan yang terjadi karena aktivitas pembukaan lahan memanfaatkan cuaca panas karena rumput mengering.
Pembakaran lahan dinilai lebih ekonomis dibanding harus menggunakan obat pengering tanaman atau memperkerjakan orang untuk membabat tanaman yang memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit.
Meski menguntungkan pemilik lahan. Sayangnya cara ini justru merugikan. Sebab asap akibat kebakaran lahan bisa menyebabkan polusi udara dan bisa menganggu pernapasan. “Kalau menggunakan obat pembasmi rumput jelas mengeluarkan biaya. Dibakar dianggap cara mudah dan cepat,” ungkap Ridwan, warga sekitar.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Provinsi Kaltim, Rudy Safriadi mengatakan, awalnya tim BPBD Provinsi Kaltim mengarah ke Bandara APT Pranoto, Sungai Siring, untuk memantau kebakaran lahan di wilayah tersebut. Di tengah perjalanan, pihaknya menerima informasi adanya kebakaran lahan di wilayah Betapus, Lempake.
“Sepanjang penanganan yang terbakar adalah ilalang kering seluas 1,5 hektare,” kata Rudy.
Upaya pemadaman dilakukan tim gabungan dari BPBD Kota Samarinda dan Provinsi Kaltim, TNI-Polri dan juga para relawan. Titik air minim serta lokasi yang cukup jauh membuat petugas sempat mengalami kesulitan mencapai titik api.
Untuk bisa melakukan penyiraman beberapa roll selang digelar dengan memanfaatkan air seadanya di sekitar lokasi terbakar. Api baru berhasil dipadamkan setelah 2 jam berjibaku diantara rumput ilalang kering. “Area terbakar cukup luas. Sehingga proses pemadaman memakan waktu cukup lama. Ditambah lagi, personel dan peralatan yang terbatas. Semoga akan ada tambahan tenaga dan peralatan kedepannya,” tukas Rudi. (kis/nha)