RENCANA renovasi atau perombakan total puluhan stadion di Indonesia pasca Tragedi Kanjuruhan, ikut memasukkan Stadion Segiri sebagai salah satu yang akan direhab, dengan kategori rusak ringan. Di mana untuk di tahap awal, dari rencana 22 stadion yang akan direnovasi, hanya terpilih enam, yang salah satunya termasuk Stadion Segiri Samarinda.
Imbasnya, Borneo FC yang bermarkas di Stadion Segiri, harus mencari alternatif untuk kelanjutan kompetisi Liga 1. Hal ini pun langsung direspon cepat jajaran manajemen klub berjuluk Pesut Etam itu, dengan tim untuk meninjau beberapa pilihan stadio alternatif yang akan dijadikan markas sementara Diego Michiels dkk.
“Kami dari manajemen langsung bergerak cepat. Dua hari lalu, saya bersama pelatih Pieter Huistra sudah meninjau Stadion Utama Palaran. Namun, disayangkan Stadion Palaran ini bermasalah dalam hal penerangan dan kelistrikannya,” ucap Manajer Borneo FC Dandri Dauri.
Langkah berikutnya, Senin (18/9) malam lalu, dipimpin langsung presiden klub, Nabil Husien Said Amin, jajaran manajemen bertandang ke Rumah Jabatan Wakil Bupati (Wabup) Kutai Kartanegara (Kukar), Rendi Solihin untuk menjajagi kemungkinan menjadikan Stadion Aji Imbut di Tenggarong Seberang sebagai homebase sementara.
“Jadi, selain untuk bersilaturahmi, juga sekaligus menyampaikan maksud dan tujuan klub yang dipaparkan langsung oleh presiden Borneo FC,” Dandri melanjutkan. Bak gayung bersambut, rencana ini disambut baik oleh Wabup Kukar. Kehadiran Borneo FC di Tenggarong, diharapkannya menjadi motivasi bagi persepak bolaan di Kukar, sepeninggal Mitra Kukar yang terdegradasi ke Liga 3. Selain itu, dengan digunakannya Stadion Aji Imbut, tentu dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
“Kami sambut baik kehadiran Borneo FC. Ini bisa menjadi motivasi agar sepak bola Kukar bisa bangkit. Tentunya, kesempatan ini akan kami gunakan untuk belajar dan berkonsultasi dengan Borneo FC,” ucap Rendi. Meski begitu, Dandri mengakui permasalahan yang ada di Stadion Aji Imbut sebenarnya hampir mirip dengan kondisi Palaran. Hal ini diketahuinya usai mendengar paparan Kepala Dispora Kukar Aji Ali Husni, terkait kondisi terkini Aji Imbut.
“Masalahnya hampir sama dengan Palaran. Tapi, kalau rumput, saya kira bisalah dalam satu bulan ini,” ucap Dandri menambahkan. Optimisme pun disuarakan Kadispora Kukar bahwa dalam tenggat waktu yang ada, pihaknya bisa memenuhi kekurangan-kekurangan yang ada.
“Kami diberi waktu sampai November untuk mempersiapkan stadion. Memang mepet, tapi kami optimistis bisa memenuhi kekurangan yang ada,” cetus Kadispora. Disinggung bakal ada verifikasi kembali saat memutuskan berpindah home base, Dandri mengatakan hal itu harus tak perlu lagi dilakukan. Apalagi kondisi ini sifatnya darurat.
“Saat manager meeting lalu memang ada dua pilihan, mencari stadion alternatif atau digelar kembali dengan sistem bubble. Karena awalnya dari rencana 22 yang direnovasi, ternyata hanya enam. Tentu ini pilihan sulit. Khususnya jika pakai sistem bubble, tentu harus ditunjuk daerah yang tak memiliki tim Liga 2. Sementara saat pandemi lalu, Liga 2 kan dihentikan,” jelas Dandri.
Sebenarnya ada satu lokasi lagi yang bisa dijadikan opsi, Stadion Batakan di Balikpapan. Namun, manajemen memiliki pertimbangan untuk lebih memilih Kukar. Menurutnya, jika di Balikpapan akan sangat membebani suporter yang ingin menonton langsung.
“Selain beli tiket mereka juga harus bayar tol lagi kalau di Balikpapan. Tentu ini menjadi pertimbangan kami juga,” jelasnya. Di sisi lain, Dandri mengatakan manajemen juga sangat mengapresiasi sambutan positif dari pemkab Kukar. Artinya, ada simbiosis mutualisme yang diterima kedua pihak. “Kehadiran Borneo di Tenggarong tentu diharap bisa kembali memeriahkan dan membangkitkan lagi sepak bola di sana,” pungkas Dandri. (rz/nha)