SAMARINDA KOTA. Rencana pembangunan Pasar Pagi yang sudah berusia lebih dari 50 tahun, dinilai menjadi langkah yang tepat bagi Pemkot Samarinda. Lantaran secara usia konstruksi, memang sudah mengkhawatirkan jika tidak dibangun dari awal.
Namun tidak semua rencana bersambut baik, terutama dari para pedagang yang harus direlokasi akhir tahun ini. Setelah meminta untuk diulur waktu, pedagang kini mengeluhkan peminat Pasar Pagi, yang mulai berkurang sejak adanya stigma yang menyebutkan bahwa bangunan itu sudah tua dan mengancam kesalamatan.
Anggota Komisi III DPRD Samarinda Anhar pun meminta agar hasil audit bangunan Pasar Pagi dibuka kepada publik. Alih-alih membuat masyarakat beropini sendiri dengan kondisi bangunan Pasar Pagi.
“Kalau memang ada audit kontruksinya kenapa tidak dibuka, kami saja belum tahu hasilnya seperti apa,” bebernya. Ia mengakui Pemkot Samarinda seharusnya bisa menyiapkan bukti yang kuat, untuk meyakinkan para pedagang. Sehingga niatan untuk membenahi bangunan tua itu, bisa mendapat dukungan dari masyarakat.
Pasalnya di dalam badan anggaran (banggar) DPRD Samarinda juga belum pernah membahas persetujuan rekonstruksi pasar tradisional ini. Terlebih yang ia ketahui dari media, bahwa anggaran yang dibutuhkan mencapai ratusan miliar.
“Jangan seperti Pasar Baqa, berapa lama itu baru mau diselesaikan,” sebut Politikus PDIP ini. Sehingga ia pun menyarankan kepada Pemkot Samarinda terutama kepada Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Samarinda, untuk menyelesaikan persoalan sosial terlebih dahulu kepada pedagang. Sehingga bisa mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh pedagang maupun masyarakat luas.
“Yang dibutuhkan itu bagaiaman pasar tradisional menjadi bersih, instalasi listriknya bagus, tidak perlu buat modern, karena ini pasar tidak bisa disamakan dengan yang pakai lift,” terangnya. Sebelumnya Ketua Umum Forum Pedagang Pasar Pagi (FP3) Thoriq Hakim mengakui saat ini banyak pelanggan yang tidak lagi rutin berbelanja secara langsung.
Lantaran sudah dibumbui dengan kondisi bangunan Pasar Pagi yang seakan tidak aman lagi untuk didatangi. “Itu sangat mengurangi omzet kami. Jadi pelaku ekonomi di pasar sangat tertekan dengan adanya situasi seperti ini,” pungkasnya. (hun/beb)