SAMARINDA. Kaltim targetkan angka stunting turun hingga 12,83 persen pada akhir 2024. Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, dr Jaya Mualimin menegaskan bahwa target penurunan angka gagal tumbuh atau stunting sebesar 12,83 persen harus dapat dicapai pada tahun 2024 mendatang.
“Pada akhir 2023, target penurunan stunting Kaltim dipatok menjadi 18,9 persen, dan pada akhir 2024, mencapai 14 persen bahkan kita upayakan di angka 12,83 persen. Karena itu perlu kerja yang keras dari semua pihak yang berkepentingan dan tetap kita akan upayakan capai target,” sebutnya.
Sambungnya, 2023 ini upayanya langsung melakukan intervensi, baik itu yang stunting maupun yang berisiko stunting. Karenanya itu, Ia pun mengajak para stakeholder untuk melakukan pendekatan-pendekatan intervensi terhadap kelompok sasaran risiko.
Dr Jaya membeberkan, untuk pendekatan intervensi itu, pertama, semua program terkait dengan intervensi harus diatas standart. Dan ini sudah dilakukan dengan memastikan semua program intevensi spesifik itu di atas rata-rata standar. Kedua, sasarannya tepat, sasaran dalam intervensi ini adalah balita.
“Estimasi balita kita yang menjadi sasaran adalah 229 ribu, dari yang bayi, batita, dan balita anak usia 6-13 bulan mendapat makanan pengganti asi (MP ASI), balita dipantau perutumbuhan perkembangannya, dimana sasaran utamanya usai 0-5 tahun,” ungkapnya.
Dijelaskannya, untuk intervensinya harus tepat sasaran yakni anak yang usia dibawah dua tahun,
Caranya pertama, bayi usia kurang 6 bulan mendapat asi ekslusif, anak usia 6-23 bulan mendapat MPASI, balita dipantau pertumbuhan dan perkembangannya, balita gizi kurang mendapat tambahan asupan gizi, balita gizi buruk mendapat pelayanan tata laksana gizi buruk. Bayi memperoleh imunisasi dasar lengkap dan mendapat kunjungan neonatal.
“Alhamdulillah di tahun 2022, kunjungan neonatal bayi baru lahir itu sudah 97,3 persen, bayi imunisasi dasar lengkap diatas 94 persen, untuk balita gizi kurang mendapat asupan gizi sudah diatas 90 persen. Untuk anak usia 6-23 bulan mendapat MPAI sudah 93 persen, Posyandu 78,79 persen, balita usia kurang dari 6 bulan mendapat Asi ekslusif sudah 63,7 persen, targetnya 55. Ibu hamil kurang energi kalori sudah 100 persen. Rata-rata capaiannya sudah diatas 100 persen,” jelasnya.
Dari seluruh program diatas, menurutnya yang saat ini sedang dipush adalah kegiatan posyandu. Belum seluruhnya masyarakat aktif ke posyandu. Saat ini hanya sekitar 50 sampai 60 persen yang aktif untuk datang ke posyandu. Dari 4.185 jumlah keseluruhan, hanya sekitar 50 persenan yag aktif.
“Sekarang pengelolaan terintegrasi layanan primer. Ini yang kita kuatkan. Dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Dinas Sosial, Kementerian Agama, termasuk BKKBN agar sama-sama turun .
“Dari sekian indikator, daerah capaiannya rata-rata sudah bagus semuanya, sudah diatas rata-rata. Alhamdulillah. Kecuali posyandu saja. Kami mencatatnya masih minim, jadi pertumbuhan dan perkembangan bayi masih standar harusnya diatas standar bayi yang ditimbang setiap bulannya, saat ini masih sekitar 80 ribuan saja,” pungkasnya. (adv/lin/beb)