SAMARINDA. Natal dan Tahun Baru sebenarnya masih dua bulan lagi. Meski masih terbilang jauh, harga kebutuhan pokok mulai merangkak naik, salah satunya adalah cabai.
Dalam sepekan ini, cabai mulai mengalami kenaikan di sejumlah pasar tradisional. Jika sebelumnya harga cabai kriting dikisaran Rp 50 ribu per kg, saat ini Rp 70 ribu per kg. Kemudian, untuk cabai tiung sebelumnya Rp 45 ribu per kg, saat ini naik menjadi Rp 55 ribu per kg.
Dari pantauan di Pasar Segiri, Jalan Pahlawan, Samarinda Ulu, para pedagang mengungkapkan, kenaikan harga jual cabai, dikarenakan faktor cuaca dan gelombang tinggi. Hal ini membuat pengiriman barang tertunda. Sementara, stok barang dipedagang mulai menipis. Kondisi ini membuat harga cabai menanjak naik.
“Sudah naik sejak sepekan lalu. Permintaan banyak. Namun barang terbatas. Sehingga harga melambung,” kata H Arifin, salah satu pedangan cabai, Senin (6/11). Hal yang sama dialami pedagang lainnya. Syahruni (39), menyebutkan harga cabai yang dijual saat ini memang lebih mahal dari sebelumnya. Naiknya harga cabai, lantaran pasokan barang sedikit ke Samarinda. Kebanyakan cabai diambil warga Surabaya dan Jakarta.
“Sementara barang dipasok dari Sulawesi. Dan untuk pulau Jawa masih sedikit akibat musim kemarau lalu. Sehingga, belum ada alternatif daerah lain,” kata Syahruni. Melihat mahalnya harga cabai membuat penjualan sepi. Jika dalam sehari menjual 70 kg per hari, daat ini hanya mampu menjual hingga 50 kg saja.
“Sebenarnya tetap laku saja, hanya pembeli yang membatasi jumlah pembeliannya,” ungkap Syahruni. Sementara bagi pembeli, kenaikan dan penurunan harga dinilai masih dalam batas wajar. Pembeli tetap memanfaatkan situasi tersebut untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
“Barusan membeli cabai, harganya memang naik, tapi masih terjangkau. Ini saya beli 10 kg untuk di warung saya,” tukas Nuryani (39), pemilik warung. Agar harga komoditas utama tetap stabil, warga tetap membutuhkan peran pemerintah salah satunya pengendalian harga kebutuhan pokok agar inflasi tidak terjadi. (kis/nha)