KARANG ASAM. Gatal-gatal adalah efek langsung yang ditimbulkan akibat terpapar serangan ulat bulu. Namun tak banyak yang tahu bagaimana sebenarnya cara mudah dan cepat dalam penanganan awal serangan ulat bulu tersebut. Selain dengan cara mengoleskan losion atau pun meminum obat anti histamin seperti yang disarankan Kepala Dinkes Samarinda, dr Ismid Kusasih.
Cara cepat dan mudah untuk mencegah semakin menyebarnya gatal-gatal, yang dapat menimbulkan ruam bahkan luka akibat digaruk ternyata bisa dilakukan hanya dengan menggunakan sebuah alat yang disebut pita perekat.
Alat yang biasanya digunakan untuk mengemas barang itu rupanya memiliki keunggulan sebagai penanganan awal serangan serangga maupun hama seperti ulat bulu. Hal itu pun disampaikan Dosen Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, Abdul Sahid.
Akademisi yang juga merupakan ahli entomologi atau serangga itu menjelaskan, ulat bulu pada dasarnya memiliki bulu dengan ujung yang lancip seperti duri. Sehingga ketika mengenai permukaan kulit manusia, ujungnya akan patah dan masuk ke pori-pori. Itulah yang menyebabkan gatal-gatal.
“Karena itulah diperlukan lakban atau pita perekat sejenisnya, yang dapat mengangkat bulu lancip dengan cara ditempelkan pada permukaan kulit yang terasa gatal. Dengan begitu ketika lakban dilepas maka bulu lancip itu akan ikut menempel,” terangnya.
Langkah penanganan selanjutnya, Abdul Sahid mengatakan yakni dengan membasuh area tubuh yang tersengat bulu lancip ulat bulu dengan air.
“Jangan digaruk atau diusap dengan tangan, karena bulu lancip itu bisa menyebar ke titik permukaan kulit lainnya,” jelasnya. Abdul Sahid menjelaskan, pada dasarnya terdapat tiga golongan jenis ukat bulu dengan kuantitas rasa gatal yang berbeda-beda. Adapun ulat bulu yang banyak didapati di Taman Bebaya, merupakan jenis ulat bulu yang dapat menyebabkan gatal-gatal luar biasa.
“Kalau melihat fotonya, ulat bulu itu jenis Famili Lymantridae. Jenis ulat bulu yang dapat memicu gagal-gatal,” ujarnya. Mengutip laman Wikipedia, Spesies Famili Lymantridae merupakan kategori familia ngegat yang memiliki ciri fisik khas, yaitu rambut-rambut yang dapat menimbulkan reaksi yang membuat gatal apabila bersentuhan dengan kulit manusia.
“Ada tiga faktor penyebab munculnya ulat bulu pada waktu-waktu tertentu dengan populasi yang begitu banyak. Diantaranya faktor iklim, keseimbangan alam terganggu, dan sumber makanan yang melimpah,” terangnya.
“Untuk itulah secara biologi dan hayati kelestarian lingkungan harusnya dijaga. Seperti tetap membiarkan semut rang-rang hidup di habitatnya dan tidak melakukan perburuan atau penangkapan pada jenis burung-burung pemakan serangga” tambahnya.
Langkah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda dengan mengisolasi dan menyemprotkan cairan insektisida pada pohon yang banyak ditemukan ulat bulu, diakui Abdul Sahid merupakan langkah yang tepat.
“Tetapi juga perlu diperhatikanya beberapa hal. Seperti menyesuaikan produk insektisida yang digunakan dengan jenis ulat bulu, waktu penyemprotan disesuaikan dengan aktivitas ulat bulu, dan alat yang digunakan apakah bisa menggapai titik-titik yang dijadikan sasaran serta memperhatikan takaran atau dosis insektisidanya,” paparnya.
Seluruh langkah yang harus diperhatikan itu ditegaskan Abdul Sahid penting untuk dilaksanakan, karena tujuan utama dari penyemprotan tersebut yakni dapat menimbulkan dampak yang signifikan dalam upaya pengendalian. (oke/nha)