SEMPAJA. Duka mendalam dirasakan Suwarni (26). Bagaimana tidak, dirinya harus kehilangan suami sekaligus tulang punggung keluarga dengan cara tragis. Ya, Suprianda (27) suaminya, tewas setelah diterkam harimau saat memberi makan dan membersihkan kandang, pada Sabtu (18/11) siang.
Semenjak kepergian suaminya, Suwarni yang semula tinggal di Jalan Karya Baru, (Gunung Malang), Kelurahan Sempaja, Kecamatan Samarinda Utara, untuk sementara waktu tinggal bersama mertuanya di Jalan Batu Cermin, Sempaja Selatan.
Suwarni juga memboyong kedua anaknya yang masih kecil berinisial H (7) dan S (1). Kepedihan Suwarni makin bertambah sebab satu anak yang masih dalam kandungan tidak akan bertemu ayahnya saat dilahirkan nanti. Usia kandungan Suwarni kini memasuki usia 7 bulan.
Ditemui di rumah mertuanya, Suwarni menjelaskan, jika sehari sebelum suaminya tewas, terdapat hal tidak biasa yang dilakukan Suprianda. Suaminya itu berpesan agar merawat motornya. Lalu, membersihkan rumah hingga memotong rambut anaknya agar terlihat ganteng seperti dirinya.
“Malamnya bercermin sambil memotong kumis. Lalu berkata: gantengkan aku dek. Gak bisa kamu dapatkan suami seganteng aku. Firasat saya memang sudah lain di malam itu,” kata Suwarni sembari menahan isak tangis. Pagi hari sebelum kejadian, dia menemani suaminya ke rumah majikannya.
Rupanya, kebersamaan itu adalah pertemuan terakhir dengan suami yang ia cintai. Suwarni mendapati suaminya telah tewas di dalam kandang harimau. Hewan buas itu sudah dirawat oleh Suprianda selama tiga tahun atas perintah majikannya.
Kekecewaan dirasakan perempuan berjibab ini setelah mengetahui suaminya tewas. Usai kejadian pada Sabtu (18/11), sekitar pukul 11.30 Wita itu, Majikan Suprianda bernama Andre, tidak mengizinkan dirinya untuk menghubungi keluarganya. Termasuk meminta bantuan ambulans untuk membawa suaminya yang sudah bersimbah darah dengan penuh luka ke rumah sakit.
“Andre sendiri yang mengatakan kalau suami saya sudah meninggal diterkam harimau. Karena ada luka cakaran dan gigitan. Di situ saya langsung shock,” ungkap Suwarni. Entah apa maksudnya, Andre melarang dirinya menghubungi pihak lain begitu mengetahui Suprianda tewas. Andre bahkan melarangnya keluar dari dalam rumah.
Suwarni yang saat itu kalut berupaya meminta pertolongan pembantu rumah tangga lainnya, di rumah itu juga sia-sia. Pasalnya, pembantu tersebut juga tidak diizinkan oleh Andre untuk membantu Suwarni. Namun kesempatan untuk kabur itu tiba, diam-diam Suwarni menyelinap keluar dan bertemu dengan kerabatnya. Bersama beberapa kerabatnya itulah, jenazah suaminya dievakuasi keluar kandang.
“Sebenarnya majikan suami saya itu baik dengan suami saya. Cuma saat itu saya merasa diancam, karena tidak boleh menghubungi siapa pun. Katanya bagaimana kita menyelesaikan ini dengan cara kekeluargaan. Tapi saya katakan ini menyangkut nyawa,” terang Suwarni.
“Padahal saya sudah memohon agar suami saya segera dibawa ke rumah sakit. Akhirnya saya kabur dan meminta bantuan keluarga yang lain,” imbuhnya. Merujuk dari kebiasaan, penyelesaian kekeluargaan biasanya diikuti dengan kompensasi uang damai.
Dengan kejadian ini, Suwarni berharap agar Andre mau bertanggung jawab terutama pada kedua anaknya yang masih kecil. Sebab, Suprianda yang menjadi tulang punggung keluarga telah tiada. Di samping itu, dirinya juga meminta agar Andre membiayai biaya persalinan jika bayi dalam kandungannya lahir.
“Biaya anak hingga menikah juga saya minta kepada Andre. Sebab tidak ada lagi yang membiayai mereka. Masalah hukum saya serahkan ke pihak kepolisian untuk menanganinya,” tukas Suwarni. (kis/nha)